Ingin Jadi Pribadi Adaptif dan Menginspirasi? Simak Tips dari Najwa Shihab
Utama

Ingin Jadi Pribadi Adaptif dan Menginspirasi? Simak Tips dari Najwa Shihab

Perubahan zaman menuntut personal untuk membuka diri dan beradaptasi.

Fitri Novia Heriani
Bacaan 4 Menit
Pendiri Narasi Najwa Shihab dalam IGFest Hukumonline bertema Generasi Mindful: Adaptif dan Menebar Inspirasi, Selasa (13/7). Foto: RES
Pendiri Narasi Najwa Shihab dalam IGFest Hukumonline bertema Generasi Mindful: Adaptif dan Menebar Inspirasi, Selasa (13/7). Foto: RES

Perubahan zaman merupakan sebuah proses kehidupan yang tak bisa dielakkan. Tiap zaman memiliki ciri sendiri. Teknologi adalah salah satu penanda dari tiap generasi, misal di tahun 1980-an dikenal portabel audio Sony Walkman berupa alat pemutar audio, kamera dengan rol film dan disket atau floppy disk sebagai media penyimpanan data melalui media komputer.

Bandingkan dengan sekarang. Teknologi berkembang dengan pesat yang sekaligus menawarkan kemudahan-kemudahan lewat berbagai inovasi di berbagai bidang. Saat ini di era millenial, era digital di mana hampir seluruh kegiatan kehidupan dapat dilakukan dan diselesaikan secara digital, lebih praktis dan efisien.

Perkembangan ini menuntut dan memaksa orang-orang untuk menyesuaikan diri jika tak ingin tergilas oleh zaman. Pendiri Narasi, Najwa Shihab menyampaikan bahwa kemampuan manusia untuk beradaptasi merupakan kunci untuk tetap maju di zaman peralihan.

Sebagai personal yang hidup di tiga generasi, Najwa menyebut situasi pandemi adalah zaman peralihan dari dunia lama ke dunia baru. Banyak aktivitas-aktivitas di masa pra pandemi yang sudah tidak bisa dikerjakan saat pandemi. Pada akhirnya semua akan tergantung kepada diri sendiri dalam menyikapi kondisi ini.

Agar tetap bisa bertahan dalam berbagai zaman, Najwa membagikan tips kepada generasi muda untuk menjadi pribadi yang adaptif, dan tentunya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Menurut wanita yang biasa disapa Nana ini pribadi adaptif harus mau membuka diri terhadap perubahan zaman.

“Pandemi ini jadi semacam portal antara dunia lama dan dunia baru. Tergantung kepada kita, bagaimana kita menyikapi saat berada dalam konsidi ini, apakah mau membuka diri, mencoba hal baru yang pasti tidak nyaman, atau stack di dunia lama. Stack tidak mau melihat kondisi yang ada, ini ujian untuk generasi yang sekarang hidupnya jungkir balik berantakan karena pandemi. Semua tergantung  bagaimana kita menempatkan diri dan pandangan kita dalam situasi saat ini,” katanya dalam IGFest Hukumonline bertema Generasi Mindful: Adaptif dan Menebar Inspirasi, Selasa (13/7).

Menjadi pribadi adaptif tidak hanya persoalan membuka diri, namun Nana mengatakan perlu sikap-sikap lain yang dapat membangun seseorang untuk mencapai hal tersebut. Salah satu sikap dimaksud adalah memiliki pola pikir action oriented,di mana seseorang harus mandiri dan memiliki kemampuan untuk bertindak dan berpikir sendiri tanpa harus menunggu arahan dari pihak lain.

Bagi Nana, pribadi adaptif harus sering melakukan refleksi untuk melihat ke dalam diri, menilai diri sendiri, menilai kemampuan diri sendiri, melihat kelebihan diri sendiri, jujur kepada diri sendiri, dan harus memiliki komitmen untuk melakukan hal yang lebih baik dari hari ini. (Baca: Dekan FH Undip: Perkembangan Legal Tech Beri Kemudahan Mengakses Keadilan)

Hukumonline.com

Najwa Shihab membagikan tips kepada generasi muda untuk menjadi pribadi yang adaptif.

“Harus mau bertindak, jadi kalau ada sesuatu bukan ‘so what’ tapi ‘now what’, bukan sikap bodo amat. Ini syarat jika kita mau jadi orang yang adaptif. Kita harus sering refleksi melihat ke dalam diri apa sesungguhnya goal kita, apa yang sudah kita lakukan apakah sudah maksimal, apa kelebihan yang harus kita push dan punya komitmen untuk melakukan hal yang lebih baik dari hari ini. Dan ini prinsip yang harus dilakukan untuk bisa survive di zaman peralihan ini,” jelas wanita lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) ini.

Nana juga mengingatkan untuk mengabaikan komentar miring dari orang-orang yang dapat menimbulkan kekhawatiran di dalam diri sendiri sehingga ragu-ragu saat mengambil keputusan. Keragu-raguan ini, lanjutnya, membuat pribadi sulit untuk bertindak karena terlalu menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan apa yang orang pikirkan. Ini akan menjadi mental barrier yang harus disingkirkan. Ini menjadi prinsip yang harus ditegakkan agar pribadi bisa survive di zaman peralihan.

Pada akhirnya, banyak orang yang tidak mampu bertahan dan bersaing yang akhirnya tergilas oleh zaman karena tak bisa menjalankan sikap-sikap di atas. Menurut Nana agar pribadi bisa fokus dalam mengejar tujuan, diperlukan desain untuk mencapai goals. Desain ini akan menjadi pegangan menuju goals.

“Desain itu harus jadi pegangan, kalau enggak yakin kita bisa terombang-ambing. Kita harus tahu lebih banyak, terkadang orang enggak ada pilihan dan stack karena referensi kita terhadap kemungkinan yang ada terbatas, dan seakan apa yang ada sekarang sudah cukup. Tentukan goals, goals-nya jangan nanggung karena mimpi itu harus maksimal dan pilihan itu banyak terutama di generasi sekarang yang betul-betuk kayak di ujung jari, teknologi dan bisa berjejaring dengan banyak sekali orang di belahan dunia,” imbuhnya.

Kemudian untuk mendukung tercapainya tujuan diperlukan lingkungan yang dapat men-support menuju goals. Lingkungan dimaksud tak hanya keluarga, tapi juga pertemanan yang bisa saling mendukung, memecut dan mengingatkan tujuan utama. Hal ini dapat mengikis suara-suara negatif mengkhawatirkan yang menjadi penyebab kegagalan.

“Kalau kita mendapat suara-suara negatif, kekhawatiran-kekhawatiran akan keagagalan sebagai ketakutan yang kita miliki, semoga bisa dikikis sedikit demi sedikit. Hasil bisa didapat dengan usaha sendiri, apa kata orang ya hanya kata orang. Set goals-nya harus diingat,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait