Ingin Jadi In House Counsel? Ini Tips Bagi Lulusan Fakultas Hukum
Utama

Ingin Jadi In House Counsel? Ini Tips Bagi Lulusan Fakultas Hukum

Mulai dari mengumpulkan pengalaman magang, menentukan passion di bidang hukum yang hendak difokuskan, mengasah potensi diri yang ada dengan terus belajar, hingga menjadi seorang team player.

Ferinda K Fachri
Bacaan 3 Menit
Legal Director Pfizer Indonesia, Malaysia, Brunei, Esther Makainas. Foto: Istimewa
Legal Director Pfizer Indonesia, Malaysia, Brunei, Esther Makainas. Foto: Istimewa

Persaingan bagi sarjana hukum untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat seiring banyaknya lulusan hukum tiap tahunnya. Untuk itu, menjadi penting bagi seorang jebolan Fakultas Hukum untuk memiliki “nilai tambah” agar dapat lebih dipertimbangkan menduduki posisi atau profesi yang diinginkan. Diantara profesi hukum yang ada, salah satu yang sering diidamkan mahasiswa adalah profesi In House Counsel (IHC). Lantas bagaimana kiat-kiat memperoleh point plus untuk dapat menjadi IHC? Simak penjelasan berikut ini!

“Faktanya memang, dan saya sendiri ngalamin, banyak yang memilih kandidat-kandidat yang minimal memiliki pengalaman. ‘Tapi saya kan baru lulus’? Iya betul, tapi kalau ada kesempatan-kesempatan magang misalnya, ambil itu. Atau ikut aja di LBH, itu buat nambah-nambah supaya kita melihat di lapangan (dunia pekerjaan seperti apa),” ujar Legal Director Pfizer Indonesia, Malaysia, Brunei, Esther Makainas ketika dihubungi Hukumonline, Selasa (19/4/2022).

Bukan tanpa dasar, dia membenarkan memang terkadang terdapat perbedaan antara teori dengan praktik. Untuk itu, pengalaman menjadi penting bagi seorang yang hendak mengejar karier IHC. Tapi bukan berarti yang tidak memiliki pengalaman tidak punya kesempatan. “Keberadaan pengalaman semacam magang atau berkontribusi pada institusi tertentu, seperti LBH dapat menjadi kelebihan tersendiri,” ujarnya.

Baca Juga:

Walaupun isu yang di-handle ketika magang sekalipun berbeda dengan bidang corporate law, setidaknya masa magang yang ditempuh akan menghasilkan sense tersendiri mengenai bagaimana dunia pekerjaan yang sebenarnya. Mempersiapkan diri dengan memperkaya pribadi atas pengalaman magang menjadi saran yang Esther tekankan. Mengingat fakta bahwa memang lebih banyak perusahaan yang tertarik dengan pelamar yang punya minimal sedikit exposure ketimbang tidak ada sama sekali.

Hal yang tidak kalah penting adalah pemahaman atas segala mata kuliah yang diberikan selama berstatus mahasiswa. Sebab, seluruh mata kuliah akan memberikan manfaat tersendiri bagi lulusan hukum nantinya ketika terjun ke dunia kerja. Dengan catatan, perlu menentukan areal hukum apa yang menjadi fokus utama untuk digeluti secara mendalam dan menyeluruh.

“Mau menjadi In House Counsel mungkin dari sisi hukum acara porsinya berkurang, tapi bukan berarti tidak penting. Karena sebagai In House Counsel, salah satu role kita juga memitigasi risk dan menghindari yang namanya gugatan hukum. Nah, kita harus ngerti sedikit dong kalau bicara litigasi seperti apa? Jangan juga blank. Jadi menurut saya, semua mata kuliah yang ada itu penting sekali dan tinggal kita memilih mana yang akan menjadi fokus kita.”

Esther mencontohkan pada era saat ini yang semua menjadi serba digital hingga melonjaknya transaksi cross border, ruang lingkup hukum yang dapat dijadikan fokus menjadi semakin luas. Pada akhirnya tinggal pribadi lulusan hukum yang memilih sendiri jika memang bercita-cita menjadi IHC, lingkup hukum apa yang hendak dirinya kuasai dan perdalam.

Dengan luasnya lingkup hukum, penting untuk memastikan ketertarikan pribadi terlebih dahulu. “Tanyakan ke diri sendiri dulu, saya passion-nya dimana? Karena kalau kita melakukan sesuatu dengan passion, sukses itu akan mengikuti. Jika sudah memahami passion kita di mana, skill saya seperti apa, karier aspirasi saya dimana, kita mudah menentukan industri mana yang saya ingin berkontribusi. Karena sekarang sangat banyak peluang yang bisa menjadi In House Counsel,” kata dia.

Tips lain yang disampaikan Legal Director Pfizer Indonesia, Malaysia, Brunei itu mengenai pentingnya mengasah potensi yang ada dengan terus belajar. Keinginan untuk belajar dan beradaptasi menjadi modal tersendiri bagi seorang IHC. Hal itu diperlukan untuk menyeimbangi pesatnya perkembangan hukum yang ada, sehingga IHC tidak tertinggal dengan perubahan yang terjadi terus-menerus dari waktu ke waktu.

Selain pentingnya technical knowledge, aspek terakhir yang tidak kalah penting adalah mengenai soft skill yang dimiliki. Termasuk pula terkait kepribadian dan kesediaan untuk dapat berkontribusi secara aktif dalam tim mewujudkan teamwork yang baik.

“Itu sangat penting karena akan membantu kita sebagai In House Counsel. Banyak teman-teman (IHC) yang social skill-nya luar biasa. Teamwork itu akan membantu untuk menjadi team player di organisasi mana pun kita bergabung sebagai In House Counsel. kalau orang sudah menguasai teknisnya, yang penting lagi adalah soft skill-nya, personality-nya pro aktif, responsif, dan team player. Itu yang dicari dari In House Counsel,” tutupnya.

Tags:

Berita Terkait