Ifa Sudewi : Hakim Sudah Buat Terobosan
Terbaru

Ifa Sudewi : Hakim Sudah Buat Terobosan

Pengadilan Negeri (PN) Denpasar, Bali, saat ini sedang menggelar perhelatan besar untuk menyidangkan para terdakwa bom Bali. Persidangan yang mendapat sorotan dari dunia internasional ini menjadi tantangan terbesar bagi hakim agar menyidangkan kasus bom Bali sebaik-baiknya.

Bacaan 2 Menit

 

Artinya, majelis hakim PN Denpasar diberikan kewenangan sebesar-besarnya?

 

Iya.

 

Adakah tekanan dari pihak luar  selama menyidangkan kasus bom Bali?

 

Yah memang masyarakat Bali sepertinya tidak mengerti mengapa persidangan bom Bali panjang banget, pakai diperiksa segala macam. Jadi bagi mereka yang tidak mengetahui dan awam masalah hukum, melihat persidangan bom Bali bertele-tele. Seminggu tiga kali sidang.

 

Mereka tidak sabaran, karena para terdakwa bom Bali sudah mengaku mengapa masih bertele-tele. Akhirnya, kami memang harus memberikan penerangan kepada mereka. Itu memang teror dari masyarakat Bali yang menghendaki segera divonis saja.

 

Dengan kondisi seperti ini, apakah para hakim merasa terteror?

 

Yah enggak lah. Kami justru memberikan penerangan kepada masyarakat Bali bahwa persidangan itu seperti ini lo. Meski tidak semua orang bisa mencerna langsung, mengapa persidangan lama banget. Langsung saja dihukum, wong mereka sudah mengaku ini.

 

Bagaimana Anda melihat profil Imam Samudera yang dicap sebagai dalang bom Bali?

 

Pertama, saya melihatnya memang terlihat pinter. Dan itu saya akui Imam memang jenius. Tapi lama-lama, saya mempunyai kesan dia pengecut. Jadi, dia itu koordinator lapangan (korlap). Tapi pas giliran yang tidak enak, dia serahin ke orang lain. Contohnya ketika menaruh bom, mengapa bukan dia sendiri, tapi malah menyuruh Ali Imron atau menyuruh Idris.

 

Dalam keterangan di BAP, Ali Imron pernah mengatakan bahwa ia sebenarnya menolak disuruh menaruh bom di depan Konjen Kedubes AS oleh Imam. Karena di sana itu riskan, karena tempatnya sepi dan terbuka. Jadi kalau ada seseorang yang menaruh sesuatu dipinggir jalan, kalau ada yang melihat langsung ketahuan.

 

Tapi bagaimana saya tidak bisa menolak, karena ini disuruh Imam Samudera. Nah dalam hal ini, saya mikir kenapa bukan Imam Samudera sendiri yang naruh. Padahal mereka sama-sama sebagai pelaku. Jadi, Imam seperti mau yang enak-enak saja, sedangkan yang tidak enak suruh orang lain. Tapi meski begitu, saya kagum dengan otak yang cerdas.

 

Mengingat frekuensi persidangan kasus Bom Bali cukup tinggi sekitar tiga kali seminggu, apakah menghambat kinerja PN Denpasar untuk menangani kasus-kasus lain?

 

Secara teknis tidak, tapi sebetulnya yang paling sibuk hakimnya. Para hakim jadi kecapean sekali karena biasanya ada lima hari kerja sekarang tinggal dua hari kerja untuk kasus-kasus di luar kasus bom bali. Kalau para pencari keadilan kami layani dengan baik, kami sediakan waktu Selasa dan Jumat.

 

Biasanya, hari Jumat itu pukul 13.00 sudah bisa santai, sudah bisa cuci muka ke salon. Sekarang, tidak bisa lagi. Hari Jumat itu bisa sidang sampai pukul 16.00, itu pun belum selesai. Jadi secara pribadi, hakim yang capek. Kalau pencari keadilan sih tidak ada masalah. Hanya biasanya pengacara tidak mau sidang hari Jumat, sekarang harus mau

 

Berapa rata-rata frekuensi hakim di Bali untuk menangani perkara?

 

Kalau saya pribadi, dalam sebulan kira-kira menangani 20 perkara. Kami memang harus bisa membagi waktu, yah jadi dicoba memberi waktu yang proporsional. Seperti kalau dulu para pengacara minta waktu dua minggu untuk pembelaan, tidak saya bolehkan sekarang, karena saya ingin memberikan waktu agar yang lain juga punya waktu.

 

Apakah persidangan bom Bali sudah memberikan dampak positif bagi perkembangan pariwisata di Bali?

 

Saya lihat sudah mulai positif. Persidangan ini diliput oleh wartawan asing dan kami bisa memberikan servis dan kepercayaan pada mereka bahwa kami ini serius menyidangkan kasus bom Bali. Saya pernah tanya kepada wartawan asing kenapa mereka worry sekali dengan persidangan ini. Mereka bilang takut nantinya sama dengan persidangan HAM yang tidak serius.

 

Keseriusan kami bisa dilihat dari persiapan hakim sendiri serta waktu sidang yang on time. Ini di luar kebiasaan kami yang biasanya mulai sidang telat. Yang kedua, kami juga mencoba bergerak cepat, karena mereka tidak lihat proses sidang, tapi yang penting hasilnya. Untuk Imam Samudra,  putusan akan keluar Agustus mendatang. 

 

(Tri)

Tags: