Identifikasi Dampak Covid terhadap Pengacara di Dunia, IBA Gelar Survei Global
Berita

Identifikasi Dampak Covid terhadap Pengacara di Dunia, IBA Gelar Survei Global

IBA Individual Lawyer/Institutional Wellbeing Survey adalah langkah awal IBA dalam mengupayakan isu kesejahteraan mental bagi para profesional hukum. Hanya 10 menit yang diperlukan untuk mengisi survei ini.

CT-CAT
Bacaan 3 Menit
Hukumonline
Hukumonline

Kesehatan mental dan potensi kerusakannya memang telah lama menjadi isu serius yang diperbincangkan dunia. Terlebih, ketika pandemi Covid-19 melanda dan meningkatkan dampaknya pada penurunan kualitas hidup manusia, baik secara fisik maupun mental. Hal yang sama berlaku pula pada profesi hukum.

 

Setidaknya, lingkungan kerja yang sarat dengan tekanan tinggi kerap membuat para pengacara rentan terdampak masalah kesehatan mental, seperti kelelahan, stres, kecemasan, hingga depresi. Situasi ini diperburuk dengan perubahan pola kerja, pekerjaan jarak jauh, dan beragam keterbatasan lain akibat pandemi. Sayangnya, stigma yang masih melekat dan ketakutan karier terganggu membuat isu kesehatan mental jarang dibicarakan secara terbuka. Padahal, pembicaraan terbuka adalah salah satu tahap awal untuk mendapatkan bantuan dan dukungan.

 

Memahami hal tersebut, International Bar Association (IBA), sebuah organisasi berskala global yang mewadahi asosiasi pengacara, para praktisi, dan masyarakat hukum telah menjadi salah satu pionir dalam memulai kampanye tentang kesehatan mental pada profesi hukum. Beranggotakan lebih dari 80 pengacara perorangan dan 190 lembaga yang terdiri atas organisasi pengacara serta asosiasi hukum, perhimpunan yang dibentuk sejak 1947 ini akan mengangkat isu kesehatan mental yang selama ini jarang dibicarakan melalui Individual Lawyer/Institutional Wellbeing Survey.

 

Hukumonline.com

 

Dalam pidatonya kepada anggota IBA, Presiden IBA, Bernardes Neto mengatakan, hasil survei maupun kajian studi yang dilakukan akan memberikan gambaran menyeluruh tentang kesejahteraan mental dalam profesi hukum dunia. “Pandemi telah memunculkan sejumlah tantangan, sekaligus mengembalikan perhatian kami pada masalah, dan menghadirkan peluang baru bagi profesi kami untuk berubah menjadi lebih baik di masa depan. Saya berharap, studi ini tidak hanya akan melahirkan panduan praktis terbaik, tetapi juga ikut mengambil bagian dalam memulai pembicaraan terbuka terkait pentingnya isu kesehatan mental. Dengan cara ini, para pengacara mungkin tidak akan menemukan diri mereka ‘menderita’ dalam diam,” katanya. 

 

Telah menjadi salah satu prioritas utamanya, Bernardes sendiri telah membentuk Satgas Kesejahteraan IBA (IBA Wellbeing Taskforce) yang akan dipimpin oleh IBA Bar Issues Commission dengan bantuan dari Unit Kebijakan dan Riset Hukum IBA (IBA Legal Policy & Research Unit). Ia menyadari bahwa kesehatan mental di kalangan praktisi hukum, khususnya pengacara adalah isu yang serius dan akan bertahan lebih lama. Itu sebabnya, ia membentuk badan permanen khusus di dalam IBA yang nantinya akan menangani isu ini secara berkelanjutan.

 

Adapun data yang terkumpul dari survei akan dibahas secara rinci oleh IBA Wellbeing Taskforce dalam sebuah sesi pertemuan di IBA 2020-Virtually Together Conference pada November 2020. Sesi ini akan menampilkan perwakilan dari seluruh IBA bersama para ahli kesehatan mental.

 

Sepuluh Menit untuk Perubahan

Data-data yang terkumpul dari survei akan memberikan pemahaman menyeluruh tentang lima hal krusial terkait kesehatan mental. Ini meliputi (1) masalah kesehatan yang mendesak dari para profesional hukum; (2) bentuk dukungan yang diharapkan dari tempat kerja; (3) bagaimana kesejahteraan pengacara dan pemangku kepentingan lain dalam profesi hukum dipengaruhi oleh pekerjaan serta lingkungan kerja; (4)  potensi masalah yang mungkin dihadapi saat mendapatkan yang mereka butuhkan; serta (5) hal-hal yang harus dilakukan oleh firma hukum, asosiasi, dan lembaga hukum untuk mendukung mereka yang mengalami kesulitan.

 

Survei ini bekerja sama dengan perusahaan konsultan, Acritas (bagian dari Thomson Reuters) dan memuat kombinasi pertanyaan pilihan ganda serta non-pilihan ganda yang membahas dampak krisis Covid-19 terhadap kesejahteraan mental di tempat kerja.  Beberapa contoh pertanyaan non-pilihan ganda untuk IBA Institutional Wellbeing Survey, seperti:

 

  1. Apa dukungan yang diberikan perusahaan/tempat kerja Anda terkait kesejahteraan mental?
  2. Jika dibandingkan dengan sebelum pandemi, apakah Anda dapat berbicara tentang kesejahteraan mental dengan atasan secara terbuka?
  3. Menurut Anda, adakah pelajaran terkait kesejahteraan mental yang perlu dipelajari oleh profesi dan lembaga hukum untuk masa depan?

 

Sedangkan, beberapa contoh pertanyaan untuk Survei Kesejahteraan Institusional IBA adalah sebagai berikut:

 

  1. Apa prakarsa, layanan, atau program dukungan kesejahteraan mental yang telah Anda sediakan?
  2. Apakah pandemi meningkatkan kesadaran akan kesejahteraan mental karyawan/anggota sebagai satu isu penting bagi organisasi Anda?
  3. Apakah ada peningkatan atau penurunan karyawan/anggota yang mencari bantuan terkait kesejahteraan mental selama pandemi?

 

Survei terbagi atas dua bagian, yakni yang ditujukan untuk pengacara perorangan dan institusi pengacara, seperti firma hukum, asosiasi pengacara, lembaga hukum, departemen hukum internal, hingga masyarakat hukum. Individual Lawyer/Institutional Wellbeing Survey tersedia dalam bahasa Inggris dan Spanyol, serta dapat diisi secara anonim dalam waktu sepuluh menit. Anda dapat mengakses keduanya melalui tautan di bawah ini:

 

1. IBA Individual Lawyer Wellbeing Survey untuk Pengacara Perorangan  

2. IBA Institutional Wellbeing Survey untuk Institusi  

 

Artikel ini merupakan kerja sama Hukumonline dengan International Bar Association (IBA).

Tags:

Berita Terkait