‘Hapuskan Sistem Kontrak dan Outsourcing'
Mayday 2008:

‘Hapuskan Sistem Kontrak dan Outsourcing'

Ada ‘hantu' yang bergentayangan di pabrik-pabrik. ‘Hantu' outsourcing.

Ycb
Bacaan 2 Menit

 

Para buruh migran juga turut andil dalam perayaan tahun ini. Organisasi non-pemerintah yang menggarap isu buruh migran, Migrant Care, menuntut perlindungan pemerintah kepada para buruh migran. Selain itu, mereka menuntut penutupan terminal khusus TKI di bandara. Terminal khusus tersebut hanya melanggengkan diskriminasi. Lagipula, kutipan dari para oknum merupakan biaya tinggi bagi buruh migran. Hapuskan overcharging terhadap buruh migran, teriak Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care.

 

Sekilas Sejarah Mayday

 

Sejarah Mayday berawal dari negeri Paman Sam yang ditandai dengan demonstrasi kaum buruh di Amerika Serikat pada tahun 1886, yang menuntut pemberlakuan delapan jam kerja. Tuntutan ini terkait dengan kondisi saat itu, ketika kaum buruh dipaksa bekerja selama 12 sampai 16 jam per hari. Demonstrasi besar yang berlangsung sejak April 1886 pada awalnya didukung oleh sekitar 250 ribu buruh. Dalam jangka waktu dua minggu membesar menjadi sekitar 350 ribu buruh. Kota Chicago adalah jantung gerakan diikuti oleh sekitar 90 ribu buruh.

 

Di New York, demonstrasi yang sama diikuti oleh sekitar 10 ribu buruh, di Detroit diikuti 11 ribu buruh. Demonstrasi pun menjalar ke berbagai kota seperti Louisville dan di Baltimore demonstrasi mempersatukan buruh berkulit putih dan hitam. Sampai pada tanggal 1 Mei 1886, demonstrasi yang menjalar dari Maine ke Texas, dan dari New Jersey ke Alabama diikuti oleh setengah juta buruh di negeri tersebut. Perkembangan ini memancing reaksi yang juga besar dari kalangan pengusaha dan pejabat pemerintahan setempat saat itu. Melalui Chicago's Commercial Club, dikeluarkan dana sekitar US$2.000 untuk membeli peralatan senjata mesin guna menghadapi demonstrasi.

 

Walaupun berlangsung damai, demonstrasi itu berakhir dengan korban dan kerusuhan. Sekitar 180 polisi menghadang demonstrasi dan memerintahkan agar demonstran membubarkan diri. Tak terelakkan, korban pun jatuh dari pihak buruh pada tanggal 3 Mei 1886, empat orang buruh tewas dan puluhan lainnya terluka. Sementara, delapan orang aktivis buruh ditangkap dan dipenjarakan.

 

Rangkaian demonstrasi yang terjadi pada saat itu, tidak hanya terjadi di Amerika Serikat. Bahkan menurut Rosa Luxemburg (1894), demonstrasi menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam per hari tersebut sebenarnya diinsipirasikan oleh demonstrasi serupa yang terjadi sebelumnya di Australia pada tahun 1856. Tuntutan pengurangan jam kerja juga singgah di Eropa. Saat itu, gerakan buruh di Eropa tengah menguat.

 

Tentu saja, fenomena ini semakin mengentalkan kesatuan dalam gerakan buruh se-dunia dalam satu perjuangan. Peristiwa monumental yang menjadi puncak dari persatuan gerakan buruh dunia adalah penyelenggaraan Kongres Buruh Internasional tahun 1889. Kongres yang dihadiri ratusan delegasi dari berbagai negeri dan memutuskan delapan jam kerja per hari menjadi tuntutan utama kaum buruh seluruh dunia. Selain itu, Kongres juga menyambut usulan delegasi buruh dari Amerika Serikat yang menyerukan pemogokan umum 1 Mei 1890 guna menuntut pengurangan jam kerja dengan menjadikan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh se-Dunia. Delapan jam/hari atau 40 jam/minggu (lima hari kerja) telah ditetapkan menjadi standar perburuhan internasional oleh ILO melalui Konvensi ILO No. 01 tahun 1919 dan Konvensi No. 47 Tahun 1935.

Dari berbagai sumber.

 

Jurnalis juga buruh

Kalangan kuli tinta juga merayakan hari kemenangan buruh ini. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bergabung dalam ABM. AJI menuntut upah layak bagi jurnalis serta perlindungan bagi koresponden di daerah. Status kerja jurnalis kontributor seringkali tak jelas sehingga jurnalis daerah tak memperoleh asuransi keselamatan kerja. Kondisi seperti ini, lebih memprihatinkan daripada sistem buruh kontrak itu sendiri, ujar Koordinator Divisi Serikat Pekerja AJI Jakarta Winuranto Adhi.

 

AJI pula mengkritik standar perusahaan pers yang baru saja dirilis oleh Dewan Pers. AJI melihat standar ini belum dapat melindungi kepentingan jurnalis. Standar ini hanya mematok upah karyawan setidaknya sebesar upah minimum kota (UMK). Standar ini juga mengatur modal minimal untuk membuka sebuah media Rp50 juta. Sebuah angka yang pantas untuk buka perusahaan telur asin, tegas Winuranto.

 

Tiga titik

Massa yang berkumpul di Bunderah HI mendapat suplai jumlah orang dari barisan yang berkumpul dari Jalan Diponegoro, Menteng. Kawasan Menteng inilah tempat Lemaga Bantuan Hukum Jakarta bercokol. LBH Jakarta bertindak sebagai tim advokasi aksi hari ini.

 

Rupanya tak cuma barisan pelabrak Istana yang merayakan Mayday. Jika para peluruk Istana mendamprat pemerintah yang mereka anggap tak berpihak pada buruh, justru ada barisan lain yang dirangkul Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

 

Presiden bersama Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid mengundang kaum buruh di Istora Senayan dalam acara Mayday Fiesta. Acara ini disemarakkan oleh grup band Nidji. Kelompok buruh yang datang ke sana adalah Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI).

 

Selain di Senayan dan Istana Negara, Lapangan Banteng jadi titik kumpul massa. Barisan buruh di dekat lingkungan Departemen Keuangan itu menggelar panggung mimbar bebas dengan mengusung tuntutan bubarkan kabinet. Mereka menganggap kabinet saat ini tak berpihak kepada kerah biru –demikian laporan Radio Elshinta (1/5).

Tags: