Gedung-Gedung di Jakarta Punya Cerita
Resensi

Gedung-Gedung di Jakarta Punya Cerita

Dari gedung yang dijadikan cagar budaya, hingga gedung yang dijadikan tempat penyiksaan.

YOZ
Bacaan 2 Menit

Buku “Historical Sights Of Jakarta” seakan membawa kita kembali ke Jakarta pada masa lampau. Dalam bukunya, Adolf Heuken turut melampirkan gambar-gambar menarik tentang keadaan Jakarta pada masa lalu, seperti foto bangunan bersejarah serta foto benda-benda peninggalan sejarah lainnya yang membuat kita mengetahui lebih dalam tentang sejarah Jakarta. Buku ini juga menceritakan sesuatu yang menarik tentang masa lalu dan masih ada di masa kini tanpa kita sadari.

Kisah Kelam
Selain banyaknya gedung yang menjadi cagar budaya, Kota Jakarta juga menyimpan beberapa gedung yang bisa dibilang ‘menakutkan’. Ya, ada beberapa bangunan atau gedung di wilayah Jakarta yang dijadikan tempat penyiksaan aktivis politik. Buku berjudul “Neraka Rezim Suharto” yang ditulis Margiyono dan Kurniawan Tri Yunanto mengupas misteri tempat penyiksaan pemerintahan orde baru.

Bagi mereka yang kritis terhadap pemerintahan Suharto, jangan harap bisa hidup tenang. Apalagi, setelah peristiwa G 30 S PKI meletus. Dalam bukunya, penulis menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah dialami oleh tahanan politik atau para aktivis, baik yang menentang pemerintah maupun mereka yang dituduh terlibat dalam PKI.

Mereka pada umumnya diculik dan disiksa di gedung-gedung atau tempat-tempat yang diantaranya masih ada sampai saat ini. Di Jakarta terdapat ratusan tempat penyiksaan. Setelah rezim itu tidak berkuasa lagi, kini banyak bekas tempat penyiksaan yang beralih fungsi. Ada yang dibiarkan kosong. Namun, ada pula yang masih digunakan sebagai markas militer.  

Sebagai contoh, kisah penyiksaan di Kalong, Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Di markas Operasi Khusus (Opsus) ini ada seorang perempuan yang digantung dengan kepala di bawah. Banyak pula korban yang disetrum listrik, disundut rokok, serta beragam kisah mengerikan.

Tempat penyiksaan yang paling terkenal di Jakarta saat itu adalah Gang Buntu, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Banyak tokoh oposisi Orde Baru pernah merasakan pedihnya disiksa di tempat ini. AM Fatwa, misalnya. Tokoh Islam radikal ini dua kali "dibon" di Gang Buntu.

Tempat yang juga menyeramkan adalah Markas Polisi Militer di Guntur, Menteng Dalam, Jakarta Pusat. Di tempat yang sampai sekarang masih digunakan sebagai markas Polisi Militer ini banyak "musuh" Soeharto, terutama tahanan peristiwa 1965, pernah mengalami penyiksaan keji.

Tempat lain yang tak kalah seram adalah bekas kantor Lembaga Sandi Negara di Jalan Latuharhary. Banyak orang yang disiksa di bunker di kantor ini. Kini gedung ini digunakan sebagai kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Bunker di gedung itu baru dibongkar pada tahun 2006 saat kantor Komnas HAM ini direnovasi.

Dari semua tempat tersebut, tempat penyiksaan yang paling seram adalah Kremlin. Kremlin singkatan dari Kramat Lima, kantor Opsus di Jalan Kramat Lima, Jakarta Pusat. Tidak sedikit aktivis yang pernah mencicipi kekejaman di tempat tersebut.

Namun, pada awal Januari 2008, buku berjudul “Neraka Rezim Suharto” ini sudah sulit ditemukan. Berdasarkan hasil riset hukumonline, ada pembeli buku ini yang keberatan dengan isinya karena dinilai menonjolkan citra negatif pada Soeharto. Buku ini dianggap mempengaruhi opini dan sikap masyarakat. Imbasnya, beberapa toko menarik buku tersebut dan menolak untuk dipasarkan.

Tags: