“Program ini terancam terhenti. Jadi kemungkinan tahun depan alumni harus memberikan lebih dari uang saku,” ungkap Melli.
Melli mengaku tidak habis pikir kenapa pihak Rektorat terkesn tidak mau menyisihkan sejumlah dana untuk kegiatan yang bermanfaat bagi karyawan UI. Padahal, lanjut dia, dana yang diperoleh UI dari penerimaan mahasiswa seharusnya cukup banyak.
“Tetapi saya nggak ngerti ya kenapa seratus juta saja tidak bisa diluangkan untuk sesuatu yang baik untuk karyawan, supaya karyawan itu pulangnya tidak ada yang telat, selamat,” tukasnya.
Mencontoh FEUI
Untuk mengatasi masalah ini, Melli mendengar kabar FHUI berniat mencontoh apa yang dilakukan Fakultas Ekonomi UI (FEUI) yang menggelar acara mudik karyawannya dengan dana alumni. Namun, Melli mengingatkan bahwa alumni FEUI yang kebanyakan menjadi direksi perusahaan sehingga dapat merancang acara mudik sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR). Sementara, alumni FHUI bekerja di bisnis yang sifatnya personal seperti firma hukum, sehingga agak sulit untuk mengumpulkan dana.
Terkait hal yang disampaikan Melli Darsa, Dekan FHUI Topo Santoso menegaskan pihaknya akan berusaha mempertahankan kegiatan mudik bersama ini untuk tahun-tahun ke depan. Hanya saja, skema pendanaannya akan berbeda dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan mudik sebelumnya.
“Kita masih berusaha untuk melakukan acara ini tahun depan, tetapi mungkin dengan skema lain seperti penggalangan dana dari alumni untuk acara itu seperti di Fakultas Ekonomi,” paparnya.
Menurut Topo, UI sebenarnya bukannya tidak memiliki dana untuk menyelenggarakan kegiatan mudik bersama. “Tetapi dana biaya pendidikan itu lebih dikhususkan ke yang sifatnya pendidikan misalnya pengajaran,” pungkasnya.