Filza Adwani, Career Switch dari Lawyer ke In-House Counsel
Utama

Filza Adwani, Career Switch dari Lawyer ke In-House Counsel

Kesempatan dan pembelajaran lebih banyak didapatkannya setelah berpindah karier dari lawyer menjadi in-house counsel sejak tiga tahun silam.

Willa Wahyuni
Bacaan 5 Menit

Perkembangan teknologi yang tidak dapat dibendung tetap tidak bisa menggantikan peran manusia. Meski teknologi akan menjadi tren dunia, belum tentu dapat menggantikan sumber daya manusia sepenuhnya, selama manusia juga terus membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan empati yang tidak dimiliki oleh teknologi.

Begitupun menurut Filza, selama seseorang memiliki kemauan belajar yang tinggi dan mau meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak, maka ia tidak akan merasa tersaingi dengan kehadiran teknologi karena akan terus berinovasi dan berempati yang tidak dimiliki oleh teknologi. Hal itu jugalah yang harus dimiliki oleh seorang in-house counsel dalam melakukan pekerjaannya.

“Pintar atau tidak itu adalah subjektif. Tidak semua orang diberikan gift berupa kepintaran, banyak juga orang rajin yang bisa mengalahkan orang pintar. Begitupun menjadi seorang in-house counsel, seseorang tidak perlu pintar melainkan harus update, memiliki willingness untuk belajar yang tinggi, punya kemauan dan spend time untuk mengerti dan memahami peraturan. Tidak lupa legal interpretation yang baik karena kalau tidak punya itu akan berbahaya yang nantinya akan menimbulkan masukan yang misleading,” ujar alumni magister hukum Leiden University ini.

Mengawali karier sebagai senior legal counsel hingga menempati posisi head of legal di Buku Warung membuat Filza tidak menyesali perpindahan kariernya yang berawal dari seorang lawyer di kantor hukum hingga menjadi in-house counsel di perusahaan.

Hukumonline.com

Pada gelaran Hukumonline In-House Counsel Awards 2023 lalu, Filza dinobatkan sebagai pemenang dalam kategori Indonesia’s Most Respected In-House Counsel 2023 bidang E-commerce & Internet. Foto: RES

Baginya, setiap hari melakukan pekerjaan sebagai in-house counsel adalah hari-hari di mana ia terus belajar. Ia banyak belajar secara holistik dan belajar mengenai bisnis dari bawah hingga atas berikut dengan risiko di lapangan.

“Ilmu menjadi in-house counsel ini mahal sekali, dulu saya tidak pernah merasa menjadi in-house akan se-rewarding ini. Kalau dilihat dari gengsi mungkin memang menjadi lawyer memang bergengsi tetapi in-house lebih rewarding dan ilmunya justru saya belajar lebih banyak. Saya di sini mendapat business knowledge dan business insight yang luar biasa,” kata dia.

Belajar dari Filza, tidak ada salahnya bertukar karier meski dirasa telah mapan pada karier sebelumnya. Lewat mencoba hal-hal baru, bukan tidak mungkin akan ada hal besar yang menanti dan lebih banyak didapat dari pada sebelumnya. Pada gelaran Hukumonline In-House Counsel Awards 2023 lalu, ia pun dinobatkan sebagai pemenang dalam kategori Indonesia’s Most Respected In-House Counsel 2023 bidang E-commerce & Internet.

“Jangan takut mencoba dan jangan memandang profesi itu kurang atau sebelah mata. Kalau kita belum mencoba kita belum tahu, jadi harus coba baru bisa kita melihat profesi ini. Selama menjadi in-house counsel selain update dari sisi hukum saya juga jadi sangat terbuka dengan pengetahuan bisnisnya. Bagi yang ingin memulai karier sebagai in-house counsel harus terbuka dengan banyak opsi yang ada dan jangan melimitkan diri sendiri,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait