Dua Advokat Ini Didenda Karena Sitasi Putusan Palsu Buatan ChatGPT
Utama

Dua Advokat Ini Didenda Karena Sitasi Putusan Palsu Buatan ChatGPT

Peristiwa ini menjadi sanksi besar pertama bagi profesi hukum sebagai dampak dari penggunaan kecerdasan buatan dalam bidang hukum.

Ferinda K Fachri
Bacaan 4 Menit
Lawyer Steven A. Schwartz. Foto: Courthouse News Service
Lawyer Steven A. Schwartz. Foto: Courthouse News Service

Seperti tengah ramai dibincangkan dunia hukum internasional, Hakim Federal New York menjatuhkan sanksi terhadap advokat yang menyampaikan legal brief yang ditulis dengan fasilitas/alat artificial intelligence (AI) ChatGPT. Di dalamnya memasukkan kutipan pendapat pengadilan yang belakangan diketahui tidak ada keberadaannya atau merupakan kasus palsu buatan ChatGPT.

Kedua advokat yang terlibat yakni Peter LoDuca dan Steven A. Schwartz sebagaimana disampaikan Hakim P. Kevin Castel dianggap telah meninggalkan tanggung jawab dengan melampirkan legal brief tulisan AI dalam gugatan klien mereka terhadap maskapai Avianca pada bulan Maret 2023.

Castel memerintahkan LoDuca dan Schwartz bersama firma hukum mereka Levidow, Levidow & Oberman, untuk masing-masing membayar denda sebesar 5.000 USD. Ia juga memerintahkan mereka untuk memberi tahu setiap hakim yang secara salah diidentifikasi melalui ChatGPT sebagai pembuat putusan kasus palsu tentang sanksi yang diterima.

“Pengadilan tidak akan meminta permintaan maaf dari Termohon karena permintaan maaf yang dipaksakan bukanlah permintaan maaf yang tulus. Setiap keputusan untuk meminta maaf diserahkan kepada Termohon,” demikian ditulis Castel dalam perintahnya pada Pengadilan Distrik AS di Manhattan sebagaimana dikutip dari CNBC, Kamis (22/6/2023).

Baca Juga:

Castel melanjutkan, bagi advokat yang melakukan penelitian dan pengajuan pengadilan, sudah sepatutnya advokat yang baik secara tepat mendapatkan bantuan dari junior lawyer, mahasiswa hukum, contract lawyers, ensiklopedia hukum, dan database seperti Westlaw dan LexisNexis.

“Kemajuan teknologi adalah hal yang lumrah dan tidak ada salahnya menggunakan alat kecerdasan buatan yang andal untuk bantuan. Tetapi aturan yang ada memaksakan peran gatekeeping role oleh advokat untuk memastikan keakuratan pengajuan mereka,” ujar Castel.

Tags:

Berita Terkait