Disrupsi Teknologi, Masa Depan Lawyer Indonesia Masih Cerah
Utama

Disrupsi Teknologi, Masa Depan Lawyer Indonesia Masih Cerah

Di tengah persaingan bisnis jasa hukum, pesatnya disrupsi teknologi menjadi tantangan terbaru yang harus dihadapi berbagai firma hukum di dunia.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

“Lawyer di masa kini adalah ‘business solution’ team, yang klien butuhkan bukan solusi hukum semata,” kata lawyer yang juga merupakan pendiri Andersen Tax & Legal Law Firm di Jerman ini.

 

Herman menyebutkan bahwa berbagai firma hukum kecil dan menengah enggan menggabungkan dirinya dalam jaringan besar ataupun melakukan merger dengan firma hukum lain agar lebih melengkapi layanan jasanya.

 

Padahal, ada tren bahwa firma hukum saling berlomba menjadi one-stop-shop firms. Mereka berusaha menyediakan layanan lengkap untuk berbagai bidang jasa hukum. Misalnya, Andersen Global yang bahkan menyediakan jasa konsultan pajak serta akuntan publik dalam jaringan firma mereka.

 

Bagi firma hukum yang ingin bertahan untuk tidak menjadi lebih besar, ia menyarankan tetap melakukan investasi dalam menggunakan legaltech. Tentu dengan memetakan kebutuhan dan bukan sekadar ikut-ikutan. “Terutama bagi firma hukum kecil, ini tantangan untuk berinvestasi dengan tepat,” katanya.

 

Jika terasa mahal, Herman mengusulkan strategi penggunaan bersama dengan sesama firma hukum kecil lainnya. “Seperti dalam bidang pertanian, ada mesin-mesin yang mahal dan mereka berbagi memiliki satu mesin yang digunakan bersama,” tambahnya kepada hukumonline sambil memberikan ilustrasi.

 

Yang pasti, Herman mengajak para lawyer untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang tidak bisa dihindari. Memanfaatkannya sebagai perangkat penunjang adalah keharusan. Ia mencontohkan lagi bagaimana para broker di bursa saham tetap hadir bersama canggihnya teknologi.

 

Pandangan Peradi Young Lawyer

Hukumonline sempat mewawancarai beberapa lawyer muda yang bergabung dalam komunitas Peradi Young Lawyer. Martchel dari ARP & Co. Law Office menyatakan dirinya tidak khawatir dengan disrupsi teknologi. Justru ia tertarik dengan prospek klien internasional yang semakin banyak tapi terkendala dengan penguasaan bahasa asing yang baru sebatas bahasa Inggris.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait