Dampak Digitalisasi terhadap Investasi di Kalangan Muda
Terbaru

Dampak Digitalisasi terhadap Investasi di Kalangan Muda

Tetap mengedepankan asas kehati-hatian kalangan investor muda sebelum menjatuhkan pilihan.

Rofiq Hidayat
Bacaan 3 Menit
Ilustrasi
Ilustrasi

Perkembangan dunia digitalisasi berpengaruh terhadap berbagai lini di sektor perekonomian. Hal ini memiliki dampak positif terhadap perubahan cara pandang kalangan anak muda di bidang ekonomi. Menariknya, banyaknya kalangan muda yang terjun di dunia investasi seiring dengan perkembangan teknologi.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berpendapat generasi muda dalam kurun belakangan terakhir mengalami peningkatan yang terjung ke dunia investasi. Tapi Airlangga mengingatkan agar para investor muda waspada dan mengedepankan kehati-hatian dalam memilih instrumen investasi yang dipilihnya. Tujuannya agar kalangan muda tetap menyeimbangkan antara investasi yang agresif dan investasi konservatif.

“Hal itu penting karena investasi konservatif tetap memiliki faktor keamanan lebih tinggi,” ujarnya melalui keterangannya, Senin (4/10/2022) kemarin.

Terpisah, Head of Center of Innovation and Digital Economy, Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda berpendapat meroketnya jumlah investor muda di tanah air menjadi berkah tersendiri atas perkembangan penggunaan digitalisasi di era pandemi Covid-19. Malahan investasi pun menjadi pilihan tersendiri bagi pemulihan ekonomi.

Dia menilai pilihan investasi pun menjadi beragam karena didorong oleh digitalisasi di sektor jasa keuangan. Karena itulah, kian banyak anak muda melakukan kegiatan investasi di era pandemi. Mulai di pasar saham, serta aset kripto. Selain itu, kemudahan berinvestasi menjadi salah satu alasan para kalangan muda dalam berinvestasi.

Namun begitu, Nailul mengingatkan agar pemilihan jenis investasi bakal amat mempengaruhi kemakmuran investornya. Karenanya, para investor muda perlu mengedepankan asas kehati-hatian sebelum menjatuhkan pilihan. Namun lagi-lagi, perkembangan teknologi digitalisasi memudahkan banyak hal.

“Dengan hanya mengandalkan gadget saja sekarang anak-anak muda ini bisa menghasilkan bahkan bisa lebih banyak dibandingkan dengan investasi di sektor riil,” ujarnya.

Nailul berpandangan investasi di era perkembangan teknologi dilakukan secara digital melalui fintech yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurutnya, data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukan per April 2022, 60,29% investor pasar modal berusia di bawah 30 tahun, yang rata-rata masih berada di awal dan pertengahan karir profesionalnya.

Menurutnya, dalam sebuah survei Center of Economic and Law Studies (Celios) menyebutkan berinvestasi di platform investasi digital dianggap sebagai aksi berkontribusi terhadap peningkatan sektor teknologi informasi. Kemudian membantu pendanaan perusahaan, dan efek penciptaan tenaga kerja dari investasi. Indikator tersebut menjadi positif platform investasi digital mampu mendorong terciptanya investment-oriented society atau masyarakat yang melek investasi.

Baginya, dunia sedang bergerak ke arah digitalisasi menjadi lebih dalam. Bahkan nyaris seluruh negara menggunakan teknologi sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi. Malahan menggunakan digitalisasi sebagai tempat dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Boleh dibilang, di masa pandemi menjadikan digitalisasi penyelamat konsumsi masyarakat.

“Dengan digitalisasi kegiatan usaha masih cukup berjalan bak di masa pandemi. Bahkan di bidang perdagangan online, kenaikan transaksi bisa dua kali lipat ketika pandemi,” imbuhnya.

Sementara Dosen Teknologi Informasi pada Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) Agung Harsoyo berpendapat perkembangan teknologi menjadi peluang Indonesia agar dapat bertransformasi digital ke seluruh penjuru nusantara. Tapi memang terdapat kendala soal jangkauan internet.

Sebab, masih banyaknya wilayah yang tidak mendapat akses internet. Terlebih di daerah tertinggal, terdepan dan terluar. Baginya, teknologi konvensional tak mampu mengejar ketertinggalan kesenjangan digital yang terjadi di tanah air. Menurutnya, dalam kurun dua tahun terakhir di masa pandemi, setidaknya membuka mata akan pentingnya konektivitas jaringan yang mumpuni.

Bahkan, para pelajar dapat melakukan kegiatan belajar secara daring mengakses materi pembelajaran bermutu, dan layanan kesehatan meningkat. Dia berharap program transformasi digital Indonesia dapat menjangkau ke seluruh wilayah nusantara, sehingga masyarakat di daerah dapat menikmati penggunaan internet.

“Kesenjangan digital kita bisa ditutup dengan relatif cepat dan relatif murah. Kemudian mendukung one map policy,” katanya.

Tags:

Berita Terkait