Calon Hakim Agung Kritik Model Pengawasan MA
Berita

Calon Hakim Agung Kritik Model Pengawasan MA

Model pengawasan KY dinilai lebih baik.

ASH
Bacaan 2 Menit

“Yang dibutuhkan masyarakat saat ini, putusan yang baru-baru, bukan putusan-putusan kasus lama, seperti publikasi putusan di website MK,” kata Irfan.       

Dalam sesi wawancara berbeda, Djoko Wahyu Winarno menilai secara umum kondisi dunia peradilan masih buruk. Ia mengutip pendapat mantan hakim agung Prof Asikin Kusumah Atmajah (alm) yang menyatakan bahwa sekitar 50 persen hakim-hakim di Indonesia berintegritas buruk.

“Ini kan miris, orang dalam sendiri menilai lembaganya sendiri seperti itu,” kata Djoko saat ditanya tentang kondisi peradilan sekarang ini oleh salah seorang panelis, Imam Anshori Saleh.                    

Djoko memaparkan motivasinya mendaftar menjadi hakim agung. Menurut Djoko, dirinya tidak mengejar materi semata. Djoko mengaku hanya ingin mengabdikan untuk menjalankan tugas mulia memutus perkara.

“Kesempatan ini akan saya manfaatkan sebaik mungkin, kalau saya dianggap cocok sebagai hakim agung, kalau bisa kali ini saja. Kalau saat ini saya dinilai tidak cocok, saya akan kembali mengajar. Yang pasti saya tidak mengutamakan materi karena sejak diangkat sebagai pegawai negeri pada tahun 1980-an sampai sekarang, saya masih menggunakan motor Vespa tahun 1976,” kata Djoko.

Saat disinggung harta kekayaan, dia mengaku semua harta kekayaan berupa beberapa rumah yang dilaporkan ke KPK umumnya warisan dari keluarga istrinya. “Saya hanya memakan gaji sebagai dosen, saya merasa cukup. Kebetulan orang tua istri termasuk keluarga berada,” akunya. Mendengar jawaban itu, Imam menyindir calon yang pandai mencari istri.    

“Bukan begitu Pak, namanya orang jodoh tidak bisa dikalahkan (hubungannya, red) dengan pinter mencari jodoh,” sanggah doktor yang desertasinya mengupas soal “Perlindungan Hukum terhadap Nelayan” ini.

Tags: