Cadangan Devisa Indonesia Terus Merosot
Aktual

Cadangan Devisa Indonesia Terus Merosot

FAT
Bacaan 2 Menit
Cadangan Devisa Indonesia Terus Merosot
Hukumonline

Cadangan devisa Indonesia per akhir Juni 2013 mengalami penurunan dari catatan pada akhir Mei 2013 lalu. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, per akhir Juni 2013, cadangan devisa Indonesia sebesar AS$98,1 miliar atau turun sebesar AS$7 miliar dari catatan akhir Mei 2013, yakni sebesar AS$105,15 miliar.

Padahal, cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2013 sudah turun sebesar AS$2,11 miliar dari semula April sebesar AS$107,26 miliar. Menurut Agus Marto, cadangan devisa Indonesia sebsar AS98,1 miliar ini setara dengan 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.

“Cadangan devisa AS$98,1 miliar masih memadai 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri,” ujar Agus Marto di Komplek Parlemen di Jakarta, Senin (8/7).

Merosotnya cadangan devisa tersebut berkaitan erat dengan keluarnya dana asing atau capital outflow yang terjadi belakangan ini. “Capital outflow sebesar AS$4,1 miliar dan kebutuhan pembayaran utang luar negeri swasta AS$9,5 miliar, belum lagi repatriasi, itu menunjukkan kebutuhan dolar sangat besar,” kata Agus.

Meski begitu, lanjut Agus, BI yakin akan terjadi perbaikan defisit seiring disahkannya APBN-P 2013. Menurutnya, dengan adanya pengesahan APBN-P 2013 tersebut keuangan Indonesia dipercaya dapat lebih baik lagi. “Kita harapkan keuangan akan lebih baik,” katanya.

Sayangnya, Agus Marto belum mau membicarakan dampak berkurangnya cadangan devisa dengan kenaikan suku bunga acuan (BI rate). “Kita lihat ke depan, kita memperhatikan bahwa administer priceinflation cukup tinggi. Tapi juga ada kecenderungan meningkat di volatile food di core inflation, hal ini akan kita bahas secara lengkap di tanggal 11 Juli dalam rapat dewan gubernur,” katanya.

Menurutnya, tugas utama BI adalah menjaga nilai tukar rupiah dan tersedianya valas di pasar. Agus mengatakan, pengalaman Indonesia terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, tingginya inflasi hanya berlangsung beberapa bulan saja. Selanjutnya kembali lagi ke tahap normal.

Atas dasar itu, koordinasi dengan pemerintah akan terus dilakukan BI. Koordinasi ini khususnya terkait dengan menjaga stabilisasi harga atau inflasi. Selain itu, BI akan terus melakukan sterilisasi pasar jika sewaktu-waktu terjadi over demand terhadap supply. “Kita akan melakukan sterilisasi pasar jika terjadi over demand terhadap supply,” pungkasnya.

Tags: