Boy Marjinal:
Sarjana Hukum yang Nge-Punk
Profil

Boy Marjinal:
Sarjana Hukum yang Nge-Punk

Menjadi mahasiswa hukum atas keinginan orang tua.

ALI
Bacaan 2 Menit

Tidak lama setelah lulus kuliah, Boy bertemu dan kemudian bergabung dengan Komunitas Taring Babi. Di komunitas yang bermarkas di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan ini, Boy menemukan kembali semangatnya yang sempat pudar.

“Gue berpikir ketika gue bertemu dengan Komunitas Taring babi atau Band Marjinal, ternyata mereka lebih fokus ke masyarakat menengah ke bawah, ke masyarakat marjinal,” ujarnya.

Band Marjinal memang sudah terbentuk jauh sebelum Boy lulus, sekitar tahun 1997. Kala itu, Band ini masih menggunakan nama AA (Anti ABRI) dan AM (Anti Millitary). Formasi awal Band ini adalah Romi Jahat (vokalis), Mike (gitar), Bob (bass) dan Steven (drum).

Pada 2001, Band Punk ini akhirnnya menggunakan nama Marjinal. Mike, gitaris yang beralih posisi menjadi vokalis hingga sekarang, terinspirasi dengan perjuangan buruh perempuan Marsinah. Marjinal pun menelurkan sebuah lagu berjudul ‘Marsinah’.

Lagu-lagu Marjinal banyak mengandung kritik-kritik sosial. Misalnya, lagu yang berjudul ‘Hukum Rimba’ yang mengkritik habis penegakan hukum di Indonesia. Atau ketika Marjinal mengaransemen lagu yang sangat populer dalam demonstrasi 1998, ‘Aparat K**a**t’ ke dalam musik punk. Ini yang membuat aktivis mahasiswa seperti Boy sangat dekat dengan Marjinal.

Boy memang mengaku sudah sangat nyaman berkiprah di Band Marjinal dan Komunitas Taring Babi. Namun, dia mengaku masih memendam asa suatu saat bisa memanfaatkan ilmu hukumnya untuk tujuan yang sama dengan yang dilakukannya sekarang, membela kaum marjinal.

“Tertarik juga sih ke LBH karena orientasi mereka juga membela masyarakat bawah. Tapi, belum ada planning. Berjalan saja,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait