BI Siapkan Skenario Soal Kenaikan BBM
Berita

BI Siapkan Skenario Soal Kenaikan BBM

Jika kenaikan BBM hanya untuk kendaraan roda empat pribadi, dampak inflasinya tidak terlalu besar.

FAT/ANT
Bacaan 2 Menit
BI Siapkan Skenario Soal Kenaikan BBM
Hukumonline

Kajian demi kajian dilakukan pemerintah terkait dengan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Hingga kini, kajian tersebut masih dilakukan dan belum keluar keputusannya. Meski belum ada keputusan resmi dari pemerintah, Bank Indonesia (BI) mengaku telah mempersiapkan sejumlah skenario perhitungan terhadap inflasi.

Namun, Gubernur BI Darmin Nasution enggan menjelaskan proses perhitungan skenario itu terkait menghadapi rencana kenaikan BBM. Menurutnya, kenaikan untuk segmen kendaraan roda empat pribadi atau seluruh segmen sudah dipersiapkan perhitungannya. Apakah akan berdampak besar terhadap inflasi atau tidak.

“Semua (perhitungan) sudah kita simulasi, sudah kita persiapkan, ya perhitungannya, apa langkah yang perlu diambil dan sebagainya. Jadi tunggu saja. Kita tidak mau mendahului,” ujar Darmin usai menghadiri proses pelantikan Perry Warjiyo sebagai Deputi Gubernur BI di Gedung MA, Senin (15/4).

Di tempat yang sama, Perry juga belum bisa mengemukakan berapa besaran kenaikan inflasi terkait rencana kenaikan harga BBM. Menurutnya, besaran kenaikan inflasi akan beragam tergantung dari keputusan pemerintah apakah kenaikan harga BBM berlaku untuk segmen tertentu atau seluruhnya.

Ia menjelaskan, jika kenaikan harga BBM hanya berlaku bagi kendaraan roda empat (mobil) pribadi, maka dampak terhadap kenaikan inflasi tidak akan besar. Sebaliknya, jika kenaikan harga BBM diperuntukkan ke seluruh segmen, termasuk kendaraan roda dua (motor) dan angkutan umum maka dampak terhadap inflasi akan lebih besar.

“Hitungnya itu akan tergantung segmen mana yang berdampak,” ujar Perry.

Alasannya, kata Perry, pemakaian BBM untuk segmen pengguna motor dan angkutan umum lebih banyak ketimbang pengguna mobil pribadi. Bahkan jumlahnya lebih dari 50 persen. Meski begitu, ia berharap masyarakat tidak khawatir terhadap dampak inflasi tersebut.

Menurutnya, dampak inflasi terkait adanya kebijakan BBM itu bersifat sementara. Bahkan kenaikan inflasi diduga paling lama hanya berlaku hingga tiga bulan. “Setelah itu, inflasinya akan kembali ke pola normal,” ujar Perry.

Perry tak membantah kenaikan harga BBM akan berdampak terhadap inflasi dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Namun, persoalan pertumbuhan ekonomi ini hanya bersifat sementara karena dapat dikompensasikan dari adanya pertumbuhan ekonomi menjelang perhelatan akbar pemilihan umum (Pemilu).

Ia mengatakan, apapun kebijakan pemerintah terkait kenaikan BBM akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia dalam kurun waktu jangka panjang. “Apapun kebijakan dari BBM akan berdampak pada perekonomian jangka panjang yang lebih baik. Dampak pemilu akan dimulai saat caleg mulai berkampanye,” ujar Perry.

Atas hal itu pula, kata Perry, BI terus mencermati apapun opsi yang dikeluarkan pemerintah terkait kebijakan BBM. Sejalan dengan itu, BI juga mempersiapkan segala perhitungan kebijakan kenaikan harga BBM terhadap inflasi Indonesia.

“Tentu saja BI terus mencermati apapun opsi yang dilakukan pemerintah. Dampaknya perkiraan terhadap inflasi ke depan seperti apa, kita lakukan simulasi, analisis dan respon terhadap kebijakan BI tentu saja akan sesuai, terukur dengan apapun yang akan dilakukan pemerintah,” katanya.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, keputusan pemerintah terkait penanganan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi mempertimbangkan pula kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian.

"Banyak yang harus disikapi, kita tahu krisis ekonomi dunia masih berdampak ke Indonesia," ujarnya.

Untuk itu, menurut dia, pemerintah berhati-hati dalam memutuskan opsi terbaik terkait konsumsi BBM bersubsidi, apalagi saat ini terjadi defisit transaksi berjalan dan anggaran. "Kita perlu sikapi ini, sekarang masih dalam pendalaman," katanya.

Agus juga mengharapkan pemerintah segera mengambil keputusan pada April 2013 untuk menjamin kesehatan fiskal hingga akhir tahun dan saat ini semua kajian telah dipertimbangkan dengan matang.

"Saya belum bisa ungkapkan soal itu karena belum ada yang bisa disampaikan, nanti kalau sudah matang," katanya.

Namun, ia memastikan pilihan yang diambil pemerintah adalah opsi untuk mengurangi konsumsi BBM bersubsidi bagi masyarakat mampu serta memberikan subsidi tepat sasaran kepada masyarakat miskin.

"Bagi yang miskin tetap akan terus dijaga, bagi yang kaya dan yang tidak berhak itu akan dikurangi subsidinya, arahnya seperti itu," katanya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, pemerintah lebih condong memilih opsi kenaikan harga BBM untuk mobil pribadi dan akan diumumkan dalam waktu dekat. Kapan waktu dan besarannya masih dibahas dan pada saatnya akan diumumkan Presiden. Menurutnya, pemerintah tidak akan mengambil opsi kenaikan harga BBM bagi semua kendaraan atau pembuatan premium dengan angka oktan 90.

Tags: