BI Revisi Target Pertumbuhan Ekonomi
Berita

BI Revisi Target Pertumbuhan Ekonomi

Lantaran pengaruh dari faktor eksternal dan internal.

FAT
Bacaan 2 Menit
BI Revisi Target Pertumbuhan Ekonomi
Hukumonline
Bank Indonesia (BI) merevisi target pertumbuhan ekonomi. Sebelumnya, BI mernargetkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,8 persen hingga 6,2 persen. Kini, direvisi menjadi 5,5 persen hingga 5,9 persen. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, revisi dilakukan lantaran kecenderungan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 berada di kisaran 5,7 persen.

“Kami memang merevisi ke bawah dari target 5,8 persen ke target level tengah. Jadi sekitar 5,7 persen,” kata Perry di komplek perkantoran BI di Jakarta, Jumat (14/3).

Menurutnya, terdapat tiga faktor yang membuat BI merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014. Pertama, revisi dilakukan lantaran pertumbuhan ekonomi dunia khususnya mitra dagang utama tak kuat seperti perkiraan sebelumnya. Salah satu mitra dagang utama Indonesia tersebut adalah China. Hal ini berdampak pada permintaan ekspor komoditas Indonesia.

Faktor kedua, lanjut Perry, lantaran harga-harga komoditas yang awalnya diperkirakan akan membaik, tapi ternyata terjadi sebaliknya. Untuk faktor ketiga, dikarenakan konsumsi masyarakat pada kenyataannya tidak sekuat seperti yang diperkirakan BI sebelumnya.

Faktor lain adalah pemilu yang akan berlangsung pada tahun ini. Namun, faktor pemilu ini pengaruhnya tidak sebesar pemilu sebelumnya. “Pengaruh dari pemilu tidak sebesar pemilu sebelumnya khususnya dalam pengeluaran terhadap konsumsi. Itu yang semua yang terkait dengan semakin kuat atau beratnya penegakan pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Hal ini terjadi lantaran lebih terbatasnya pengaruh pelaksanaan pemilu tahun ini jika dibandingkan dampak pemilu-pemilu sebelumnya.

Bukan hanya itu, Tirta menambahkan, rendahnya konsumsi rumah tangga lantaran berjalannya transmisi kebijakan stabilisasi yang ditempuh BI dan pemerintah. Sedangkan terkait pertumbuhan investasi, termasuk investasi non bangunan diperkirakan kembali naik terutama pada semester II-2014.

“Ekspor riil juga lebih berada dalam tren meningkat, meskipun tidak sekuat perkiraan sebelumnya, akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat dan dampak temporer implementasi UU Minerba,” kata Tirta.

Alasan lain, kata Tirta, lantaran terjadi pemulihan terutama ditopang oleh perbaikan ekonomi negara maju. Menurutnya, pemulihan ekonomi dunia ini ditandai dengan masih berlanjutnya stimulus moneter dan menurunnya hambatan fiskal. Sedangkan pertumbuhan ekonomi China belum kembali meningkat terkait dengan kebijakan rebalancing yang sedang ditempuh.

“Perkembangan ini pada gilirannya menyebabkan kenaikan harga komoditas primer dunia masih terbatas. BI akan terus mencermati berbagai risiko dari perekonomian global terutama terkait dengan normalisasi kebijakan moneter The Fed,” ujar Tirta.

Atas dasar itu, BI memperkirakan bahwa pemulihan ekonomi global yang tidak sekuat perkiraan akibat perlambatan ekonomi China dan kerentanan eksternal yang dapat muncul di beberapa negara emerging market. Sejumlah alasan tersebut yang membuat BI merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014.

Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada level 5,8 persen hingga 6,2 persen. Kini direvisi menjadi berada di level 5,5 persen hingga 5,9 persen.
Tags:

Berita Terkait