BI Ingatkan Pengusaha Soal Utang
Berita

BI Ingatkan Pengusaha Soal Utang

Seharusnya utang hanya untuk hal-hal yang produktif.

FAT
Bacaan 2 Menit
BI Ingatkan Pengusaha Soal Utang
Hukumonline
Bank Indonesia (BI) mengingatkan pengusaha dan institusi lain terkait utang. Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, bank sentral tak melarang pengusaha untuk berutang, namun setidaknya utang yang dilakukan perusahaan hanya untuk hal-hal yang produktif dan dikelola dengan baik.

Agus mengatakan, pengelolaan utang yang baik berdampak positif bagi perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika utang tak dikelola dengan baik, bisa berdampak pada laporan rugi laba perusahaan itu sendiri.

“Jangan seperti sekarang dimana banyak perusahaan-perusahaan, yang mempunyai penerimaan dalam rupiah, pinjam valuta asing dan tidak di-hedging dan akibatnya akan berdampak kepada laporan rugi laba daripada perusahaan-perusahaan,” katanya, Jumat (3/1).

Agus menuturkan, pengelolaan utang yang baik penting mengingat perbaikan ekonomi dunia berdampak pada peningkatan bunga di negara-negara maju. Jika utang dilakukan, otomatis bunga pinjaman juga akan ikut meningkat.

“Kita sudah lihat bagaimana yield dari pada rupiah kita itu sudah cukup tinggi. Nanti kalau di luar negeri terjadi peningkatan-peningkatan bunga, itu akan betul-betul berdampak kepada Indonesia,” katanya.

Untuk tahun 2014, lanjut Agus, penanganan defisit transaksi berjalan atau current account deficit menjadi fokus yang penting bagi BI. Terlebih lagi di tahun ini merupakan tahun politik bagi Indonesia, di mana akan digelar perhelatan akbar lima tahunan, yakni pemilihan umum. Menurutnya, dengan adanya pesta pemilu, kemungkinan dana-dana dari luar negeri yang masuk ke Indonesia akan semakin berkurang.

Bukan hanya itu, isu pembatasan ekspor mineral juga memiliki dampak bagi perekonomian Indonesia. Agus berharap, isu ini segera diselesaikan. Terlebih lagi di tahun 2014 bisa terjadi investasi-investasi dalam bentuk pembangunan smelter sehingga dapat menekan impor.

Menurutnya, meski kondisi neraca perdagangan sekarang sudah membaik, namun dengan adanya tekanan impor maka dapat berdampak pada perekonomian dalam negeri. Atas dasar itu, Agus menilai pentingnya reformasi struktural. Mulai dari perbaikan neraca energi, perbaikan neraca pangan, perbaikan infrastruktur, peningkatan daya saing ekonomi nasional, peningkatan kemandirian ekonomi nasional dan perkuat sistem pembiayaan ekonomi nasional.

Sejalan dengan itu, BI akan terus menjaga aspek moneternya, yakni dengan memberikan penekanan pada pendalaman pasar keuangan khususnya pasar keuangan valuta asing. “Ini kalau kita rangkum itu adalah reformasi struktural. Ini harus dijalankan dengan baik karena hasilnya itu jangka menengah panjang,” tutur Agus.

Terkait inflasi pada kuartal IV 2013, BI menilai angkanya sudah sesuai harapan. Bahkan bisa dibilang angka inflasi cukup rendah dan berjalan dengan konsisten. “Kemarin inflasi betul-betul sesuai harapan, cukup rendah dan dua bulan ini konsisten cukup baik,” kata Agus.

Terkait kenaikan harga elpiji (LPG) non subsidi 12 kilogram, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan berdampak pada kenaikan inflasi, meski tak cukup besar. Menurutnya, dengan naiknya harga elpiji tersebut akan menyumbang kenaikan angka inflasi sebesar 0,13 persen untuk keseluruhan tahun 2014.

“Kita sudah kalkulasi dari kenaikan-kenaikan elpiji itu dampaknya terhadap kenaikan inflasi tidak terlalu besar. Kenaikan harga elpiji itu akan menambah inflasi 0,13 persen,” tutup Perry.
Tags:

Berita Terkait