Berlibur ke Luar Negeri, Cara Lawyer untuk Lari dari Rutinitas
Berita

Berlibur ke Luar Negeri, Cara Lawyer untuk Lari dari Rutinitas

Ada yang memilih Amerika Serikat, ada juga yang menyukai melancong ke Eropa Timur.

RIA/ALI
Bacaan 2 Menit
Pendiri sekaligus Managing Partner HPRP, Constant M Ponggawa. Foto: RES
Pendiri sekaligus Managing Partner HPRP, Constant M Ponggawa. Foto: RES

Pekerjaan sebagai advokat atau lawyer memang kerap menyita waktu. Beban pekerjaan yang berat membuat orang yang menjalani profesi ini, khususnya mereka yang bekerja di firma hukum papan atas, menjadi super sibuk. Di Amerika Serikat, pengacara bahkan tercatat berada di urutan kedua profesi yang kurang tidur.

Nah, di Indonesia, situasi ini juga kurang lebih sama, sehingga waktu liburan benar-benar dimanfaatkan oleh para lawyer atau partner firma hukum untuk keluar dari rutinitas dan juga “kejaran” klien.

Partner Hanafiah Ponggawa & Partners (HPRP) Constant Ponggawa mengaku selalu memilih liburan yang jauh, ke luar negeri, agar bisa rehat sejenak dari rutinitas sehari-hari. “Harus jauh, ingin lari dari rutinitas,” sebutnya kepada hukumonline beberapa waktu lalu.

Bukan bermaksud sombong, ujarnya, namun dengan waktu yang ada itu Constant memilih untuk pergi yang jauh agar dapat terlepas dari gangguan panggilan atau pesan yang masuk ke telepon genggamnya. Waktu liburan juga ia manfaatkan untuk ‘kabur’ dari klien.

“Kalau liburnya masih di sekitaran seperti Bandung, masih dikejar-kejar juga sama klien,” aku lulusan Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (FH UKI) ini.

Karena waktu yang sangat terbatas itulah menurut Constant perlu dibuat liburan yang berkualitas.

Di antara tumpukan pekerjaan sebagai lawyer yang membuat stres dengan deadline, yang menyebabkan tugas di rumah sebagai kepala atau ibu rumah tangga pun kadang-kadang terabaikan, maka saat libur adalah saat yang tepat untuk bersosialisasi dengan keluarga, ungkap Constant.

Constant yang memiliki anak yang kini tengah menempuh pendidikan di Los Angeles, Amerika Serikat, tak segan menunjuk Negeri Paman Sam itu sebagai destinasi liburan favoritnya. “Karena anak saya sekolah di sana juga, jadi saya biasanya ke sana,” sebutnya.

Kendala waktu dan tumpukan deadline ini juga dirasakan oleh Boy Satria Maulana, associate lawyer pada Ariyanto Arnaldo Law Firm (AALF).

Dengan sistem yang berlaku di kantor yakni memberi notifikasi cuti minimal dua minggu sebelum hari cuti, Boy tetap harus mengecek lagi seandainya masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

“Kalau sebelum libur sudah nyelesein kerjaan sih nggak ada masalah. Tapi biasanya tetap ada supervisi via email sama tim,” jelas Boy saat diwawancarai, Selasa (16/6).

Meski begitu, itu semua tak menjadi kendala utama Boy untuk berlibur. Ketika ditanya apa kesulitan yang biasa ia temukan ketika hendak berlibur, Boy menjawab susahnya menemukan waktu yang sesuai dengan jadwal libur teman-temannya.

Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini memang mengaku paling suka berlibur dengan teman-teman. “Gue paling suka liburan sama temen-temen. Apalagi temen-temen yang sepemikiran,” ujarnya.

Sebagai penyuka bangunan-bangunan tua dan kebudayaan dari suatu tempat, Boy mengaku sangat suka berlibur dari satu negara ke negara lain. “Karena mau cari suasana baru juga,” tukasnya.

Boy menyampaikan, sejauh ini Eropa Timur adalah destinasi favoritnya. Sebab di Eropa timur banyak bangunan-bangunan tua dan harga-harga di sana pun tak terlalu mahal, jadi belanja lebih murah, ungkapnya.

Setiap tahunnya, Boy pasti menargetkan untuk berlibur setidaknya dua kali. Ritual itu biasa ia lakukan pada musim gugur dan musim dingin. “Selain karena lebih terkesan fashionable, gue juga nggak terlalu suka panas,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait