Beragam Tantangan Hukum dari Kehadiran "Metaverse"
Terbaru

Beragam Tantangan Hukum dari Kehadiran "Metaverse"

Ada lima tantangan yang perlu diantasipasi terkait perkembangan potensial metaverse saat ini.

Mochamad Januar Rizki
Bacaan 3 Menit

Keempat adalah Outsorcing. Untuk diketahui, dalam penyelenggaran metaverse yang kebanyakan dikelola secara outsorcing, juga menimbulkan risiko tersendiri. Lalu Kelima adalah Collaboration. Dalam metavese pengguna harus berkolaborasi sebagai sebuah ekosistem. Sehingga ketergantungan antar ekosistem akan berisiko ketika satu ekositem alami down. 

“Sebuah survey pada Maret 2022, mencatat bahwa potensial konsen tertinggi yang harus diwaspadai oleh penggunaan data pribadi di dalam metaverse, karena ada potensi online abuse, cyberbullyng, dan persolan safety. Jadi teknologi bergerak memberikan potensi sekaligus risiko, pungkas Teguh.

Untuk itu, dalam pengembangan teknologi metaverse menurut Teguh, terdapat beberapa area yang perlu dipersiapkan dan dimatangkan yaitu terkait dengan teknologinya sendiri. Antara lain terkait dengan peningkatan kinerja untuk avatar dan definisi standar aset digital agar dapat ditransfer antar dunia maya. 

“Termasuk juga infrastruktur komersial yang mengintegrasikan dunia maya berupa web 2.0 maupun web 3.0 dengan sistem pembayaran keuangan tradisional. Ada evolusi sistem pembayaran berbasis digital webs aset, imbuhnya. 

Hal lain menurut Teguh terkait dengna infrastruktur pajak, akuntansi, dan sosial yang juga harus terus dikembangkan untuk bisa meregulasi dengan sistem akuntansi yang ada, dikatikan dengan metaverse.

Direktur Utama LPPI, Edy Setiadi menyampaikan konotasi bank sudah tidak lagi dilihat dari ukuran balance sheet atau besarnya debt, aset produktif, atau tingginya skill atau ketrampilan yang dimiliki. Sebabnya, saat ini fenome industri keuangan sudah bergeser pada customer experience, bahwa bank memilki pelayaan yang lebih sederhana, sangat connective dengan customer. Sehingga, kendati sekalipun bank berskala kecil, tetapi tetap kan mampu bersaing jika penuh dengan variasi teknologi, jelasnya.

Pada kondisi tersebut, bank dihadapkan dengan banyak tantangan ke depan. Salah satunya adalah kehadiran teknologi metaverse sebagai ruang virtual bagi bank untuk menjual produk dan jasa bank kepada nasabah. Tidak hanya jualan secara fisik, tetapi juga melalui metaverse. Jual beli produk dan layanan akan terjadi di sana.”

Untuk itu, perkembangan teknologi tersebut mendorong bank dan juga nasabah untuk mengetahui apa saja risiko-risiko yang akan muncul dari adopsi teknologi metaverse ini. Maka, menurut Edy, kemuculan berbagai teknologi seperti NFT, metaverse, tentunya harus menjadi perhatian regulator dan pelaku industri dalam melindungi nasabah yang menjadi bagian penting dari dunia keuangan itu sendiri.

Tags:

Berita Terkait