Bank Indonesia Naikkan BI Rate
Berita

Bank Indonesia Naikkan BI Rate

Alasan inflasi dinilai tidak tepat.

FNH
Bacaan 2 Menit
Bank Indonesia Naikkan BI Rate
Hukumonline

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memastikan rencana untuk menaikkan BI rate yang sempat menjadi isu publik belakangan ini. BI berencana menaikkan BI Rate sebesar 50 basis points (bps) menjadi 6,5 persen dengan suku bunga Deposit Facility naik 50 bps menjadi 4,75 persen dan suku buka Lending Facility tetap pada level 6,75.

"RDG memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 50 bps menjadi 6,5 persen," kata Gubernur BI Agus Martowardojo dalam jumpa pers di Komplek BI Jakarta, Kamis (11/7).

Kebijakan tersebut, lanjut Agus, diambil guna memastikan inflasi yang meningkat pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan diharapkan dapat kembali normal. Selain itu, BI juga memperkuat bauran kebijakan yakni melanjutkan stabilisasi nilai tukar rupiah yang sesuai kondisi fundamental dan menjaga kecukupan likuiditas di pasar valas.

Bauran kebijakan lainnya adalah menyempurnakan ketentuan loan to value (LTV) ratio sektor properti terkait kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), serta memperkuat langkah koordinasi dengan pemerintah terkait fokus meminimalkan tekanan inflasi serta memelihara stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

BI memandang bauran kebijakan itu cukup memadai untuk mengendalikan tekanan inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan stabilitas sistim keuangan. Tujuannya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi agar bergerak ke arah yang lebih sehat.

Wakil Ketua Komisi XI Harry Azhar Azis menilai tindakan BI menaikkan BI rate tidak tepat jika alasan utama yang dikemukakan oleh Gubernur BI adalah inflasi. Menurutnya, pengendalian inflasi bukan hanya dilakukan oleh BI, tetapi juga berada di tangan kementerian lainnya.

"Kalau alasan menaikkan BI rate karena inflasi, itu omong kosong. Tapi kalau karena nilai tukar rupiah masih masuk akal," kata Harry.

Untuk itu, Harry mengatakan Komisi XI akan memanggil Gubernur BI setelah masa reses berakhir. Pemanggilan ini ditujukan untuk mempertanyakan terkait kebijakan kenaikan BI rate.

Sementara itu, Pengamat ekonomi Tony Prasetiantono menilai kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 50 bps diperkirakan akan membuat pertumbuhan ekonomi 2013 terkoreksi ke angka 5,9 persen. "Langkah ini sudah tepat, meski cenderung berani," kata Tony.

Menurut Tony, BI rate sebesar 6 persen sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan realitas perekonomian dalam negeri. Sedangkan dalam praktiknya, lanjutnya, bank-bank di Indonesia sudah memberikan bunga deposito sekitar 7 persen bahkan lebih meskipun BI rate masih berada pada posisi 6 persen.

Sejauh ini, kata Tony, BI tidak memiliki opsi lain kecuali menaikkan BI rate. Pasalnya, apabila bank-bank umum memberikan bunga deposito sama dengan besaran BI Rate maka nasabah akan menarik dananya untuk dibelikan mata uang dolar Amerika Serikat. Hal ini akan memperburuk posisi cadangan devisa yang kini sebesar USD98 miliar.

Tetapi, kenaikan sebesar 50 bps dianggap terlalu berani. "Semula saya duga hanya 25 basis poin. Namun, saya duga data terakhir memang memaksa BI harus menaikkan BI Rate secara signifikan, agar tidak terjadi "bleeding" yang lebih besar lagi di cadangan devisa," jelasnya.

Hanya saja, menurut Tony, kebijakan ini akan berimplikasi pada bank-bank umum yang akan menaikkan suku bunga, sehingga ada risiko kenaikan kredit bermasalah (NPL) dan akan terjadi perlambatan pertumbuhan kredit.

Tags: