Bahasa Hukum: ‘Forensik Akustik’, Jalan Menuju Pembuktian Similaritas Suara dalam Tindak Pidana
Utama

Bahasa Hukum: ‘Forensik Akustik’, Jalan Menuju Pembuktian Similaritas Suara dalam Tindak Pidana

Membuktikan kemiripan suara seseorang yang tersadap bukan perkara mudah. Perlu keahlian khusus. Ahli forensik akustik sudah sering digunakan.

Muhammad Yasin
Bacaan 2 Menit

 

(Baca juga: Forensik dan Ruang Lingkupnya dalam Mengungkap Tindak Pidana)

 

Penggunaan keterangan ahli forensik sudah sering terjadi di pengadilan Indonesia. Dalam kasus pembunuhan berencana atas nama terdakwa Jessica Kumala Wongso, misalnya, masyarakat dapat menyaksikan langsung perdebatan-perdebatan akademis antara ahli forensik yang dihadirkan penuntut umum dengan yang dihadirkan penasihat hukum terdakwa.

 

Dosen hukum pidana Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Daddy Fahmanadie mengatakan menghadirkan ahli forensic ke persidangan adalah bagian tak terpisahkan dari proses pembuktian. Forensik adalah interdisipliner yang dipergunakan untuk menguatkan bukti yang dihadirkan para pihak. “Forensik sangat melekat dalam perkara pidana sebagai bagian penting dari elemen pembuktian,” ujarnya kepada Hukumonline.

 

Robert C. Maher dari Montana State University, Amerika Serikat, menulis sebuah artikel menarik tentang masalah ini: “Lending an Ear in the Courtroom: Forencic Acoustics (2015). Menurut pengajar Departemen Electrical and Computer Engineering itu, suara acapkali menjadi pusat perhatian dalam persidangan pengadilan atau dalam proses penegakan hukum. “There are some circumstances in which the sounds around us become the subject of a law enforcement investigations, an accident review, or some other legal proceeding that ends up in a courtroom”. Ia melanjutkan “Although most acousticians might reasonably prefer to syat out of a courtroom, except perhaps to improve the architectural acoustic of the facility, there are surprisingly many circumstances in which the knowledge of acoustical scientists can be helpful to legal ans investigative proceedings”.

 

Seperti pernyataan Maher di atas, kini aparat penegak hukum di Pengadilan Tipikor Jakarta sedang menimbang-nimbang similaritas suara terdakwa dan saksi yang tersadap oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Upaya pembuktian similaritas suara oleh masing-masing pihak muncul antara lain dalam sidang atas nama terdakwa Lucas. Advokat ini duduk di kursi terdakwa lantaran diduga menghalang-halangi proses penyidikan.

 

Namun, upaya membuktikan surat dakwaan dengan memutar atau memperdengarkan suara hasil sadapan sudah sering dilakukan penuntut umum KPK. Nyaris di setiap kasus besar operasi tangkap tangan, KPK menyodorkan bukti suara tersadap yang diduga mirip suara saksi atau suara terdakwa. Sebelum memperdengarkan suara, biasanya jaksa meminta konfirmasi apakah nomor telepon tersadap adalah milik terdakwa/saksi atau bukan. Sebagian orang yang dikonfirmasi membenarkan suaranya, tetapi tidak sedikit juga yang menyangkal. Lucas termasuk yang mempertanyakan kebenaran suara yang diputarkan jaksa.

 

(Baca juga: Rekaman Mirip Suara Barack Obama di Pengadilan Tipikor)

 

Penuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukum berada dalam posisi berhadap-hadapan. Penuntut meyakini suara itu benar mirip suara terdakwa; sebaliknya penasihat hukum pada umumnya meragukan karena suara seseorang dapat ditiru orang lain. Jalan tengah dalam pembuktian ini adalah menghadirkan seorang ahli, yang lazim dikenal sebagai ahli forensik akustik.

 

Seorang ahli forensik akustik adalah orang yang terlatih dalam bidang ilmu bicara (speech science), ponetik suara (acoustic phonetic), pengetahuan tentang penerbangan (aviation science), rekayasa suara (acoustical engineering), fisika, dan linguistik. Para ilmuan terus mengembangkan metode perhitungannya. Hafiz Malik (University of Michigan-Dearbon) dan Hany Farid (Dartmouth College Hanover), misalnya, pernah membuat analisis forensik tentang gema suara (acoustic reverberation). Menurut mereka, rekaman suara pasti meninggalkan jejak dan mungkin saja mengalami distorsi. Persistensi suara mungkin saja dipengaruhi suasana ruangan, waktu, dan spektrum.

Tags:

Berita Terkait