Asumsi Dasar Makro 2015 Pemerintah dan BI Berbeda
Berita

Asumsi Dasar Makro 2015 Pemerintah dan BI Berbeda

Proyeksi telah ditimbang dari dampak domestik maupun luar negeri.

FAT
Bacaan 2 Menit
Kementerian Keuangan. Foto: SGP
Kementerian Keuangan. Foto: SGP
Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI) bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR melaksanakan rapat kerja mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2015. Dalam rapat itu, pemerintah dan BI menyampaikan proyeksi asumsi makro ekonominya masing-masing.

Proyeksi yang disampaikan pemerintah melalui Kemenkeu tersebut berbeda dengan yang disampaikan BI. Menteri Keuangan Chatib Basri menuturkan, asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 akan berada di level 5,5-6 persen, dengan tingkatan inflasi pada range 3,0-5,0 persen.

Menurutnya, angka pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik dari APBNP 2014. “Angka pertumbuhan ini jelas lebih baik karena angka 5,5 persen dalam APBNP 2-14 merupakan batas atas kita, sedangkan pada RAPBN 2015 merupakan batas bawah proyeksi,” kata Chatib.

Sedangkan untuk suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan, pemerintah memproyeksikan akan berada pada kisaran 6,0-6,5 persen. Menurut Chatib, perkiraan ini sudah mempertimbangkan dampak gejolak ekonomi global akibat rencana normalisasi oleh The Fed AS.

“Ada kemungkinanan The Fed akan buat normalisasi, sehingga ini menyebabkan tingkat bunga di sana naik. Akibatnya akan terjadi outflow di Indonesia,” kata Chatib.

Terkait asumsi di bidang energi, pemerintah memperkirakan lifting pada tahun 2015 dapat menembus besaran 900-920 ribu barel per hari. Sedangkan lifting gas akan berada pada level 1200-1250 ribu barel per hari. Perkiraan ini diambil setelah Blok Cepu beroperasi secara maksimal.

Sedangkan untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), proyeksi pemerintah lebih rendah ketimbang dari BI. Chatib mengatakan, untuk nilai tukar sepanjang tahun 2015, pemerintah memproyeksikan akan berada pada kisaran Rp11.500-Rp12.000.

Untuk nilai tukar rupiah, Gubernur BI Agus DW Martowardojo memperkirakan, pada tahun 2015 akan berada pada kisaran Rp11.900-Rp12.100 per dolar AS. Menurutnya, perkiraan ini telah memperhitungkan seluruh risiko perekonomian baik yang datang dari domestik maupun luar negeri.

“Rupiah pada 2015 diasumsikan akan berada di kisaran Rp11.900-Rp12.100 per dolar Amerika Serikat,” kata Agus.

Untuk pertumbuhan ekonomi, BI memperkirakan pada tahun 2015 akan berada di kisaran 5,4-5,8 persen. Sama dengan perkiraan nilai tukar, perkiraan pertumbuhan ekonomi ini telah mempertimbangkan dinamika perekonomian global maupun domestik. Agus berjanji, BI akan terus mencermati berbagai risiko yang bisa memberikan dampak pada perekonomian nasional.

Menurutnya, faktor eksternal yang paling mempengaruhi perekonomian dalam negeri adalah kebijakan pengurangan stimulus moneter (tapering off) oleh The Fed AS. Setidaknya terdapat dua jalur yang bisa memberikan dampak jika faktor ini terjadi. Kedua jalur tersebut adalah melalui jalur perdagangan dan finansial.

Faktor lainnya adalah fenomena El Nino yang terus menghantui kondisi perekonomian dalam negeri. Sedangkan faktor dari domestik yang bisa memberi dampak ke perekonomian dalam negeri adalah rendahnya harga komoditas internasional. Rendahnya harga komoditas ini bisa memicu terjadinya pelemahan pada neraca perdagangan.

Atas dasar itu, BI berjanji akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk memperkuat struktur perekonomian nasional. Bahkan, koordinasi juga akan dilakukan BI dengan otoritas lain, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan juga akan kami lakukan untuk menjaga pertumbuhan kredit perbankan,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait