Analisa Debat I Pilpres, Dari Isu yang Diangkat Hingga Program Kerja
Utama

Analisa Debat I Pilpres, Dari Isu yang Diangkat Hingga Program Kerja

Kedua pasangan calon sepanjang debat berlangsung gagal menghadirkan apa yang menjadi harapan publik seperti pemaparan ide dan gagasan dari debat tahap pertama ini.

Moh Dani Pratama Huzaini
Bacaan 2 Menit

 

Baca:

 

Sementara itu, pasangan Prabowo-Sandi sepanjang debat berlangsung terlihat tidak mampu menghadirkan data-data konkret terkait kinerja petahana yang belum selesai di bidang hukum, HAM, korupsi, dan terorisme. Pernyataan-pernyataan umum berikut contoh yang digunakan oleh pasangan ini justru berakibat lepasnya konteks yang dicontohkan dengan topik dan persoalan riil terkait topik yang dibahas.

 

“Akibatnya publik tidak dapat gambaran utuh program apa yang akan dilakukan oleh Paslon 02 (Prabowo-Sandi) sebagai kebalikan dari apa yang telah dilakukan oleh petahana, misalkan bagaimana menyelesaikan kasus HAM masa lalu yang oleh petahana belum selesai,” terang Bayu.

 

Dalam konteks ketatanegaraan, pernyataan capres Prabowo terkait peran Presiden yang membandingkan penegakan hukum terhadap pendukungnya ditangkap di Jawa Timuroleh Bayu dinilai sebagai bentuk ketidakpahaman terhadap pembagian wewenang kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Penegakan hukum oleh lembaga yudikatif adalah cermin dari wewenang konstitusional lembaga yudikatif yang dijamin sebagai kekuasaan yang merdeka tanpa intervensi.

 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mencatat sejumlah aspek. Pertama, aspek penguasaan masalah. Ia menganggap, kedua kandidat masih belum mampu menunjukkan kapasitas atau performa terbaiknya. Terdapat kekurangan di sana-sini bahkan ada beberapa segmen yang justru jawabannya tidak sinkron dengan topik maupun pertanyaan. “Di luar konteks dan tidak menjawab inti persoalan,” katanya.

 

Kemudian dari aspek program kerja. Menurutnya, kedua kandidat juga belum menawarkan program kerja yang nyata. Bahkan petahana sendiri terkesan memposisikan diri sebagai pendatang baru dengan visi baru. Menurut Pangi, seharusnya cukup dengan melanjutkan program sebelumnya jika program-program yang telah ada dipandang sukses. Sementara dari aspek komunikasi, debat putaran pertama cukup mengejutkan di mana petahana lebih cenderung menampakkan gestur emosional ketimbang penantang yang lebih santai.

 

“Momentum politik untuk penantang untuk menyerang petahana jika memang dianggap gagal sepertinya tidak dimanfaatkan. Jadi, petahana lebih agresif,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait