Amnesty International: Gas Air Mata Bisa Timbulkan Kematian
Terbaru

Amnesty International: Gas Air Mata Bisa Timbulkan Kematian

Gas air mata jenis CS lebih memberikan dampak negatif pada sesak nafas, iritasi, dan lainnya.

Ady Thea DA
Bacaan 3 Menit
Kekisruhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya yang menelan ratusan korban, Sabtu (1/10/2022) malam. Foto: Tangkapan layar youtube
Kekisruhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya yang menelan ratusan korban, Sabtu (1/10/2022) malam. Foto: Tangkapan layar youtube

Pernyataan Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedi Prastyo, yang menyatakan ratusan korban tragedi Kanjuruhan meninggal akibat kekurangan oksigen, bukan tembakan gas air mata, mendapat sorotan tajam dari banyak pihak. Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengatakan pernyataan itu prematur, kurang simpatik, dan mendahului proses investigasi yang masih berlangsung.

Usman menjelaskan gas air mata memang digolongkan sebagai senjata ‘tidak mematikan’ atau ‘non-lethal weapon’ atau juga disebut senjata ‘kurang mematikan’ atau ‘less lethal-weapon.’ “Tapi dalam perkembangannya saat ini penggunaan gas air mata bisa menimbulkan luka fatal dan menyebabkan kematian,” katanya dikonfirmasi, Jum’at (14/10/2022).

Menurut Usman ada beberapa jenis gas air mata seperti CN (chloracetanophone) dan CS (chlorobenzalmonolonitrile). Sifat iritasi kimiawi dari gas CN untuk pengendalian massa dirancang untuk mencegah orang tinggal di suatu daerah secara sukarela lama sebelum gas benar-benar melumpuhkan mereka. Gas CN dapat mencemari ruangan, furnitur, kendaraan dan pakaian; efeknya terus lama setelah dilepaskan, dan dalam konsentrasi tinggi gas mematikan jika korban berada di ruang tertutup.

Sedangkan gas CS adalah produk gas air mata yang dampak iritasinya bisa mencapai hingga lima kali lebih mengiritasi daripada gas CN. Produk ini telah dikembangkan di sejumlah negara, antara lain Amerika Serikat dan Inggris. Meski ada bukti yang cukup terkait efek merugikan dari gas CS pada kesehatan manusia, jenis ini tetap menjadi “gas air mata” yang paling umum digunakan oleh pasukan keamanan di berbagai negara.

“Gas air mata jenis CS lebih memberikan dampak negatif pada sesak nafas, iritasi, dan lainnya,” ujar Usman.

Usman mendesak semua pihak untuk menelusuri jenis gas yang digunakan aparat pada tragedi stadion Kanjuruhan. Mengingat dampak gas air mata yang bisa berakibat fatal. Apalagi. FIFA sudah melarang gas air mata dibawa ke stadion, apalagi ini digunakan. “Dampak gas air mata di dalam stadion bukan sekedar tidak mematikan, tapi bisa membunuh,” tegasnya.

Baca Juga:

Sebelumnya, Komnas HAM telah mempublikasi hasil temuan awal penyelidikan dan pemantauan tragedi stadion Kanjuruhan. Komisioner Komnas HAm, M Choirul Anam, menyebut ada sejumlah temuan yang diperoleh Komnas HAM, misalnya ada informasi tentang rencana pengamanan pertandingan Arema vs Persebaya. Setelah wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan usai situasi masih terkendali, suporter turun ke lapangan untuk memberi dukungan kepada pemain bahwa mereka adalah “Satu Jiwa, Arema Jangan Menyerah!”

Kemudian gas air mata yang ditembakan aparat membuyarkan semuanya, sehingga membuat suporter panik. Akses pintu keluar dari tribun terbuka, tapi kecil sehingga terjadi penumpukan. Gas air mata pertama ditembakan jam 22.08, gas air mata juga ditembakan ke tribun penonton. “Maka kami mengatakan sampai detik ini pemicu dari jatuhnya banyak korban itu gas air mata terutama yang ditembakan ke tribun,” tegas Anam.

Temuan penting lainnya, Kapolres Malang sempat meminta perubahan jadwal pertandingan dari semula jam 20.00 menjadi 16.00 tapi ditolak PT Liga Indonesia Baru (LIB). Salah satu alasan mengubah jadwal adalah faktor keamanan. Kapasitas tampung stadion 38.054 penonton tapi tiket yang tercetak sampai 43 ribu dan sudah dipesan sebanyak 42.516 tiket. Kapolres Malang juga sudah meminta PT LIB untuk mengurangi jumlah tiket, tapi tiket sudah dicetak banyak.

“Tiket yang dijual berlebih ini juga menjadi salah satu pemicu jatuh korban,” ujar Anam.

Tags:

Berita Terkait