Akurasi Konten Berita Jadi Tantangan Media Siber
Jelang Konferensi AMSI:

Akurasi Konten Berita Jadi Tantangan Media Siber

Konten harus dipercaya masyarakat karena akan berpengaruh kepada bisnis media digital.

Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit
Akurasi konten media siber sangat penting diperhatikan. Foto: AJI
Akurasi konten media siber sangat penting diperhatikan. Foto: AJI

Industri media digital akhir-akhir tumbuh subur di Indonesia. Sejumlah platform media digital bermunculan baik berasal dari pengembangan perusahaan media yang sudah ada sebelumnya maupun perusahaan media baru yang ingin mencari peruntungan. Di satu sisi, banyaknya media digital saat ini membuat masyarakat bisa memilih mana informasi yang dibutuhkan. Tapi di sisi lain, ada sejumlah tantangan industri media siber baik dari segi bisnis maupun konten yang dimuat.

Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wanseslaus Manggut mengatakan dari sisi dunia digital masih ada beberapa masalah yang harus dipecahkan bersama. Seperti dalam segi konten yang tidak semua media belum dipercaya masyarakat. Akurasi berita yang disajikan seringkali dipertanyakan. Warga belum sepenuhnya percaya pada konten berita yang disajikan media digital.  

"Mungkin karena jumlah terlalu banyak, mana publisher yang benar; yang kedua mungkin menjadi jurnalis begitu mudah zaman sekarang akhirnya jumlah konten sekian kali lipat dari era konvensional, karena jumlah banyak, identitas dipengaruhi volume yang begitu banyak. Ada PR (pekerjaan rumah—red)besar dari sisi konten bagaimana bisa dipercaya publik," ujarnya di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (27/2).

(Baca juga: Pesan Dua Menteri untuk Pers di Era Digital).

Pemberitaan mengenai hoaks, misalnya, akhir-akhir juga cukup ramai di media digital. Publik bingung memilih mana konten informasi yang benar dan media yang dapat dipercaya. Ditambah lagi komposisi penyebaran isi konten lewat aplikasi chat di telepon selular juga tinggi sementara publik tidak terlalu memerhatikan darimana asal informasi tersebut.

"PR lainnya, digital terhitung baru dan sering dianggap kerja bisnis yang tidak terang, asal-asalan, merugi. Jangankan publik, kita jurnalis yang terjun juga kadang bingung bagaimana cara media digital menghasilkan duitnya. Dengan proses bisnis prudent, karyawan jadi prudent dan bisa dtingkatkan kualitas,” ujarnya.

Beberapa hal ini menurutnya menjadi tantangan bagi media digital. Para pelaku industri media diharapkan secara bersama-sama meningkatkan kualitasnya agar dapat menghasilkan konten yang bisa dipercaya masyarakat. 

Konferensi

AMSI akan menggelar acara Indonesian Digital Media Conference pada 1-2 Maret 2019. Dalam rangkaian tersebut ada juga sejumlah pelatihan untuk membantu anggota menemukan formula bagaimana mengelola bisnis media digital yang baik dan diperjuangkan secara jurnalistik.

"Akan ada pelatihan yang menghadirkan Facebook. Akan ada kolaborasi bagaimana menggunakan Facebook jadi model bisnis platform, cara bisnis baru di media digital terutama di Facebook," kata Kepala Departemen Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan AMSI Wisnu Nugroho.

(Baca juga: Menkumham Nilai Kekosongan Hukum Media Siber Harus Diatasi).

Menurut Wisnu, Facebook sebagai salah satu penguasa industri media sosial terbesar di dunia juga terus melakukan pengembangan salah satunya merubah algoritma sehingga berpengaruh terhadap konten. Hasil konten tersebut nantinya juga akan berpengaruh pada bisnis yang dijalankan media digital.

Selain itu, ia juga berpendapat masih ada pelanggaran mengenai hak cipta. di era media digital seperti sekarang ini publik dengan mudah menyalin konten sebuah media dan kembali memproduksinya. Padahal konten itu merupakan hak cipta yang dilindungi undang-undang. "Padahal kalau konten disebar itu bisa dibisniskan lagi dan hasil bisnisnya itu larinya kemana kan tidak tahu," tuturnya.

Tags:

Berita Terkait