Akibat Virus Corona, Debitur Bisa Dapat Relaksasi Kredit
Berita

Akibat Virus Corona, Debitur Bisa Dapat Relaksasi Kredit

Dunia dihadapkan pada kasus virus Corona yang dampaknya tidak dapat dikatakan kecil bagi perekonomian global.

Mochamad Januar Rizki
Bacaan 2 Menit
Gedung Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta. Foto: RES
Gedung Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta. Foto: RES

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus bagi debitur perbankan yang terkena dampak virus Corona. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan perekonomian nasional yang sedang terpukul akibat wabah virus tersebut.

 

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menjelaskan beberapa langkah stimulus yang telah disiapkan yaitu relaksasi pengaturan penilaian kualitas aset kredit dengan plafon sampai dengan Rp 10 miliar. Relaksasi ini hanya didasarkan pada satu pilar yaitu ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga, terhadap kredit yang telah disalurkan kepada debitur di sektor yang terdampak penyebaran virus corona sejalan dengan sektor yang diberikan insentif oleh Pemerintah.

 

Kemudian, kebijakan relaaksasi pengaturan ini diberlakukan sampai dengan 1 tahun setelah ditetapkan, namun dapat diperpanjang bila diperlukan. "Kebijakan stimulus OJK ini diharapkan bisa memitigasi dampak pelemahan ekonomi global terhadap pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional," kata Wimboh.

 

Di tengah perlambatan ekonomi global, Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK menilai berdasarkan data Januari 2020, stabilitas sektor jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga dengan intermediasi sektor jasa keuangan membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan tetap terkendali.

 

Wimboh menjelaskan perekonomian global masih akan dihadapkan dengan tantangan yang cukup besar. Di tengah upaya memperbaiki kinerja perekonomian, selain peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah dan belum selesainya isu perang dagang antara AS dan Tiongkok, dunia juga dihadapkan pada kasus virus Corona yang dampaknya tidak dapat dikatakan kecil bagi perekonomian global.

 

Salah satu dampak langsung dari perkembangan tersebut adalah ke perekonomian Tiongkok yang kontribusinya terhadap PDB dunia mencapai 16%. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan mencapai level terendah selama 29 tahun terakhir yang akan berdampak pula pada pertumbuhan perekonomian negara- negara mitra dagangnya.

 

Dampak dari masih tingginya ketidakpastian perekonomian global juga tercermin di perekonomian domestik, terutama pada investasi dan kinerja eksternal yang cenderung melambat.

 

Selain itu, meskipun tingkat konsumsi masih tumbuh stabil, indikator-indikator sektor riil domestik masih menunjukkan tren yang relatif mixed. Minimnya sentimen positif baik dari perspektif global maupun domestik turut memengaruhi kinerja sektor jasa keuangan domestik pada bulan laporan, khususnya di pasar saham.

 

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia, Firman Bakri menyatakan kebijakan stimulus ini dapat menjadi angin segar bagi pelaku usaha. Dia menjelaskan industri alas kaki merupakan salah satu yang paling terdampak akibat virus Corona. Ekspor dan impor barang menjadi terhambat akibat wabah tersebut terlebih lagi Cina merupakan penyuplai bahan baku dan pangsa pasar utama industri alas kaki nasional.

 

“Hampir semuanya kena dampak untuk alas kaki yang 60 persen bahan bakunya dan sebagian besar dari Cina. Supply chain kami terkena dampak sehingga sebulan kemarin kami harus kurangi jam kerja 20 persen. Kami ini industry job order dan fashion yang dalam 3-6 bulan berubah produksinya sehingga enggak punya buffer stock dan enggak punya bahan lebih untuk produksi,” jelas Firman saat dihubungi hukumonline, Senin (3/2).

 

(Baca: Masker untuk Cegah Corona, BPKN Ingatkan Pasal 107 UU Perdagangan)

 

Dia juga menambahkan dengan terganggunya rantai pasokan tersebut berisiko meningkatkan biaya logistik dan produksi. Menurutnya, permintaan pasokan masyarakat menjelang lebaran harus segera diantisipasi segera dengan meningkatkan kapasitas produksi. “Kami bernegosiasi dengan supplier dan target pembeli untuk pengunduran waktu tapi ini terbatas. Jika ingin meningkatkan produksi kami harus bayar upah lembur lagi sehingga biaya produksi berpotensi naik,” jelas Firman.

 

Sementara itu, pemerintah mendorong seluruh stakeholder terkait untuk memberikan insentif kepada maskapai penerbangan sebagai tindak lanjut dampak penyebaran virus Corona (COVID-19). Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyampaikan hal ini usai mengadakan rapat bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio dengan sejumlah stakeholder penerbangan yaitu seluruh maskapai yang beroperasi di Indonesia dan operator bandara AP I dan II di Jakarta, Rabu (12/2).

 

Menhub mengatakan, hal tersebut merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden terkait dampak ekonomi dari Virus Corona, untuk mendorong pemberian insentif, kemudahan, dan tarif-tarif yang lebih murah, ke tiga destinasi yang banyak dituju masyarakat Tiongkok yakni Bali, Manado, dan Kepri, menganjurkan hotel memberikan tarif-tarif yang lebih baik, serta membuat kegiatan-kegiatan di tempat tujuan destinasi supaya daerah-daerah itu tetap ramai.

 

“Contoh insentif dari Pemerintah kepada maskapai misalnya: PNBP akan kita kurangi, kemudian API dan AP II mengurangi landing fee, diskon sewa ruangan, dan sebagainya. Jadi Pemerintah, operator bandara, maskapai, hotel harus sama-sama memberikan insentif. Tidak mungkin Pemerintah melakukan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menggenjot sektor pariwisata. Supaya orang tetap punya keinginan untuk berlibur,” ujar Menhub.

 

Pada kesempatan itu, Menhub mengatakan bahwa Menteri Keuangan juga telah menyampaikan hal yang sama dan rencana akan dibahas kemungkinan insentif apa yang akan diberikan. Dengan adanya insentif ini, lanjut Menhub, diharapkan industri penerbangan dan perhotelan dapat “survive” menghadapi dampak virus Corona. “Dalam beberapa hari ini kami akan membuat suatu klarifikasi, dan akan kami usulkan ke Presiden minggu depan,” jelas Menhub.

 

Lebih lanjut, Menhub menyebut maskapai yang mempunyai rute-rute ke mainland China dan Singapura adalah yang paling terdampak. Prediksi Menhub telah terjadi penurunan sekitar 30 persen pada maskapai-maskapai tersebut. “Kita memang belum bisa memastikan kerugiannya sendiri, yang punya masalah itu rata-rata adalah yang berhubungan dengan mainland China dan Singapura. Yang lainnya sebenarnya relatif masih baik. Tetapi karena penerbangan ini juga ada sebagian ke Tiongkok kira-kira 30 persen, jadi berkurang rata-rata 30 persen,” sebutnya.

 

Untuk menutupi potensial lost tersebut, pihaknya telah telah berdiskusi dengan maskapai, dengan memikirkan peluang-peluang apa yang mungkin dilakukan. “Untuk opportunity, yang paling masif itu di Asia Barat seperti India, Pakistan, Bangladesh. karena memang beberapa saat sebelum kejadian ini, para duta besar itu bertemu saya untuk dapat connecting flight. Oleh karenanya saya minta kepada Garuda, Batik, Lion, Air Asia untuk mencari konektivitas ke Asia Barat, paling lambat bulan Mei ini untuk buka rute baru, karena perencanaan itu tidak bisa langsung seketika,” pungkas Menhub.

 

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan insentif ini adalah untuk semua. Menurutnya dalam menyikapi hal ini harus dipikirkan secara komprehensif supaya dapat bertahan dalam tantangan menghadapi virus Corona ini, bukan hanya maskapai, tapi juga hotel dan sebagainya.

 

“Jadi kita mencoba kali ini untuk mendengarkan pemikiran dari maskapai dan kita juga sudah melakukan pembicaraan dengan PHRI dan sebagainya yang terkait dengan pariwisata secara keseluruhan. Jadi saya pikir ini adalah usaha kita untuk bagaimana dapat menghadapi tantangan virus Corona ini, tidak mudah tetapi kita harus lakukan yang terbaik. Untuk kerugian ini masih berjalan, kita tidak tahu karena virus Corona belum berhenti. Sebagai gambaran dalam setahun Tiongkok menyumbang 2 juta wisatawan dengan total devisa US$ 2,8 miliar,” katanya, seperti dikutip dari Setkab.

 

Tags:

Berita Terkait