3 Nama Besar Disebut dalam Sidang Pinangki, dari Ma’ruf Amin Hingga Mantan Menteri
Utama

3 Nama Besar Disebut dalam Sidang Pinangki, dari Ma’ruf Amin Hingga Mantan Menteri

Di ponsel Pinangki diberi nama Rahmat Ma’ruf Amin, sementara di ponsel Joko Tjandra diberi nama Rahmat Adi Sasono.

Aji Prasetyo
Bacaan 3 Menit
PN Jakpus. Foto: RES
PN Jakpus. Foto: RES

Rahmat, seorang pengusaha yang menjadi saksi dalam sidang perkara dugaan korupsi, pencucian uang dan pemufakatan jahat yang dilakukan Pinangki Sirna Malasari, seorang jaksa pada Kejaksaaan Agung mengungkap fakta menarik. Pada sidang kali ini tidak saja terungkap bagaimana adanya sejumlah pertemuan yang menjadi awal dari kasus ini, tapi juga ada fakta lain yang menyeret tiga nama besar negeri ini.

Yang juga cukup unik, nama-nama besar yang terseret dalam sidang itu berawal dari rasa penasaran hakim tentang siapa sebenarnya Rahmat dan apa tujuannya mengenalkan Joko Tjandra dengan Pinangki. Rahmat sendiri diketahui adalah orang yang mengenalkan Pinangki dengan Joko Tjandra, dan ikut dalam pertemuan pertama di Malaysia.

Majelis awalnya menanyakan bagaimana ia bisa mengenal Joko Tjandra. Rahmat lantas menceritakan perkenalan itu dimulai pada 15 Mei 2018 menjelang Anwar Ibrahim mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia yang terjerat kasus korupsi dibebaskan dari penjara. Pada tanggal tersebut ia bertemu Anwar di rumah sakit sebelum kebebasannya bersama rombongan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).

“Tanggal 16 Mei (2018) pas makan pagi diperkenalkan sama datuk-datuk semuanya, katanya ada pengusaha namanya Jocan,” kata Rahmat di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta. (Baca: Curhatan Advokat Anita Kolopaking Fee Lawyer Disunat Pinangki)

Nama besar pertama pun muncul setelah majelis menanyakan siapa pimpinan rombongan. “Fachmi Idris, Ketua DPP ICMI,” terangnya.

Dilansir dari www.ICMI.or.id dalam rubrik opini dan tokoh, Fachmi Idris merupakan Ketua Majelis Pimpinan Pusat ICMI periode 2011-2016. Sementara masih di laman yang sama, dalam rubrik susunan pengurus ICMI 2015-2020, Fachmi merupakan Ketua Koordinasi Kesejahteraan dan Kesehatan. Ia juga pernah menjabat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Menteri Perindustrian pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Rahmat sendiri saat ditanya majelis mengaku pada saat itu ia merupakan Ketua ICMI Bidang UKM dan Pemberdayaan Umat. Namun saat ditelusuri hukumonline di laman resmi ICMI, nama dan jabatan yang dimaksud tidak ditemukan.

Kembali ke Rahmat, majelis juga menanyakan bagaimana selanjutnya pertemuan tersebut terjadi. Dan Rahmat menceritakan pertemuan pada saat makan pagi itu bersama rombongannya berlangsung sekitar 1 jam. Saat itu Joko Tjandra disebut berkeliling memberikan kartu nama dengan nama Jocan, dan disitu ia mengetahui jika Jocan merupakan Joko Tjandra.

Kemudian nama besar kedua yaitu Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin. Mulanya majelis menanyakan mengapa di telepon genggam Pinangki, nama Rahmat ditulis sebagai Rahmat Ma’ruf Amin. Meskipun sempat berkata ia tidak mengetahui hal itu dan meminta majelis menanyakan kepada Pinangki, namun akhirnya ia pun memberi penjelasan.

“Saya dekat dengan Pak Ma’ruf sebelum jadi Wapres, tiga tahun terakhir,” ujarnya.

Rahmat juga mengamini jika ia pernah berfoto dengan Ma’ruf. “Fotonya kan viral itu yang cium-cium segala macam,” kata majelis. Rahmat sendiri mengaku foto tersebut diambil ketika Ma’ruf masih menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Nama besar yang ketiga yaitu (alm) Adi Sasono, mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) pada masa kepemimpinan Presiden BJ Habibie. Jika tadi diketahui nama Rahmat Ma’ruf Amin berasal dari ponsel Pinangki, nama Rahmat Adi Sasono ternyata juga ada di ponsel Joko Tjandra, hal inilah yang ditelisik majelis hakim.

Majelis menanyakan kepada Joko Tjandra mengapa ia menyimpan nama Rahmat dengan nama Rahmat Adi Sasono. “Dia (Rahmat) bilang, saya anak angkatnya Adi Sasono, menteri koperasi kira waktu itu. Pak menteri juga saya kenal karena sebelah kantor saya. Ngobrol-ngobrol itu. Saya ingat itu dia anak angkat Adi Sasono sehingga saya tulis namanya di kontak saya itu Adi Sasono,” terang Joko Tjandra.

Adi Sasono sendiri telah berpulang pada 13 Agustus 2016 pada usia 73 tahun. Ia merupakan tokoh Koperasi Indonesia dan pernah dijuluki Majalah Far Eastern Economic Review, edisi minggu pertama Desember 1998, bahkan menulis Adi Sasono sebagai The Indonesia's Most Dangerous Man? (Orang Indonesia yang paling Berbahaya?). Alasannya dianggap berbahaya dan ditakuti karena kebijakan politik ekonominya, yaitu Ekonomi Kerakyatan, membuat khawatir para pelaku bisnis yang sudah mapan (konglomerat). Sementara majalah the Economist dari Inggris menyebut bapak lima anak tersebut sebagai Robin Hood van Java.

 

Dapatkan artikel bernas yang disajikan secara mendalam dan komprehensif mengenai putusan pengadilan penting, problematika isu dan tren hukum ekslusif yang berdampak pada perkembangan hukum dan bisnis, tanpa gangguan iklan hanya di Premium Stories. Klik di sini.

Tags:

Berita Terkait