Posisi corporate secretary yang menyiapkan pesan juga harus menyiapkan juru bicara yang siap bertemu dengan media untuk menyampaikan informasi terkait krisis perusahaan. Media sebagai wadah informasi hanya membutuhkan klarifikasi, sehingga juru bicara hanya perlu menyiapkan kata kunci penting yang akan disampaikan dan tidak bertele-tele.
Sementara itu Vice President Corporate Communications PT Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan pada era sosial media saat ini kecepatan informasi kian gampang diperoleh. Oleh sebab itu corporate communication perlu secepat mungkin memberikan klarifikasi untuk menghindari berita simpang siur yang mungkin saja dapat merugikan perusahaan lebih jauh.
Vice President Corporate Communications PT Pertamina, Fadjar Djoko Santoso. Foto: RES
“Kalau saat krisis, selain bica kecepatan kita juga harus memperhatikan ketepatan. Kalau kita belum mengetahui secara keseluruhan yang terjadi sampaikan saja apa yang bisa disampaikan dulu, jadi tidak terjadi isu diluar konteksnya,” kata Fadjar.
Ia melanjutkan, dalam menghadapi krisis di perusahaan terdapat tiga hal yang selalu ia terapkan di perusahaannya. Hal tersebut adalah penyesalan, klarifikasi insiden, dan solusi. “Kalau ada krisis, yang pertama kita sampaikan adalah penyesalan dan kita tidak boleh defensif kalau terjadi insiden. Kedua, kita klarifikasi insiden dan jelaskan seperti apa kejadiannya. Lalu ketiga, adalah bagaimana solusinya kemudian,” tuturnya.
Hal tersebut menjadikan perusahaan dipandang terbuka oleh media dan masyarakat. Keterbukaan perusahaan dan kejujuran perusahaan dalam memberikan info ke publik dan non publik adalah hal terpenting saat ini. Ditambah dengan adanya UU Keterbukaan Informasi Publik, perusahaan yang terbuka terbukti meningkatkan reputasinya di mata publik.